Manusia & Tanah
.
Oleh Woko Utoro
.
Proses kejadian manusia atau proses di ciptakanya manusia tentunya merupakan mahakarya luarbiasa yg pernah ada. Sehingga tak jarang menimbulkan kesan yg luarbiasa pula. Banyak orang non muslim yg masuk Islam karena menyaksikan proses itu secara lahir maupun batin. Akan tetapi orang2 hanya mengetahui tentang manusia secara umum. Manusia di cipta dari tanah dan tanpa bertanya bagaimana tanah dan sari patinya?, seperti apa dan bagaimana?. Orang2 juga hanya tau bahwa manusia berasal dari prosesi bertemunya sperma dan sel telur pada tempat bernama rahim. Tidak bertanya bagaimana hal itu bisa terjadi dan kenapa tidak seperti tanah lempung yg di bentuk. Atau bahkan manusia berasal dari kera karena, ada kesamaan antara genetika manusia dan kera. Padahal mirip itu belum tentu sama. Merujuk pada fenomena terciptanya manusia maka, disitulah tanda kekuasaan dan estetik tingkat tinggi dari sang Maha Seniman, Allah swt.
.
Sebenarnya manusia dan tanah itu adalah saudara karena pada diri manusia terdapat unsur tanah dan memang manusia mewarisinya. Sehingga istilah kesepian pada diri seharusnya tidak terjadi sebab, manusia sebenarnya memiliki saudaranya sendiri yg memang belum banyak orang yg menyadari itu. Kata orang jawa bilang ada istilah kakang kawah, adi ari2, getih, dan puser atau biasa terhimpun atas empat kiblat lima pancer. Falsafah itu menggambarkan sekaligus memberi pelajaran bahwa hidup ada yg mencipta maka harus ada pula feedback (timbal balik). Dengan demikian proses itu sesungguhnya terdapat tanda kekuasana Allah pada tiap penciptaanya. Maka jangan dikira bagi Allah itu sulit menciptakan manusia, justru sangat mudah sekali. Dalam QS. Ghafir [40] : 57 `
لَخَلْقُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ أَكْبَرُ مِنْ خَلْقِ ٱلنَّاسِ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
Artinya "Sesungguhnya penciptaan langit dan bumi lebih besar daripada penciptaan manusia akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui."
Tanah juga merupakan simbol kerendahan. Sampai kapanpun tanah ya tanah walaupun ia menjadi gunung sekalipun ia tetap tanah yg bersumber sesuai dengan tempat asal ia tinggal. Manusia pun sama, sampai kapan pun ia akan tetap hamba sehingga ketika bersatunya Tuhan dan hamba di situlah hanya sarana saja bahwa manusia mewarisi sifat ketuhanan, dari nasut ke lahut. Manusia sebenarnya memiliki kecenderungan ke bawah maksudnya, ketika ia bersedeku, bersila atau ia mengantuk pasti posisi wajah selalu menghadap ke bawah nah dari hal sederhana itulah manusia sebenarnya memiliki kecenderungan ke bawah (tanah) sehingga kaidahnya adalah Sesunguhnya kepadaNya kita akan kembali. Dari tanah dan akan di kebumikan di tanah.
.
Maka dari itu rasanya tidak pantas jika manusia berbuat kerusakan di (muka bumi). Saya mengutip dawuh KH Abdurrahman Wahid (GusDur) bahwa ada pepatah arab hidup 500 tahun sebelum nabi Muhammad saw berkata begini "anda bukan orang pertama yg menyakiti saudaramu, sbenarnya memang adakah kesopanan di dunia ini".Kearifan apapun berpucuk pada akhlak. Maka ingatlah bhwa kita brasal dari tanah.
.
Sebagai manusia yg tak sempurna dan selalu luput dari dosa. Marilah kita senandung syair I'tiraf karya Syeikh Abu-Ali Al-Hasan bin Hani Al-Hakami (756-814), biasanya dikenal sebagai Abū-awās atau Abū-Nuwās (sumber: Wikipedia). Semoga syair ini menjadi sarana kita bermuhasabah diri.
إِلهِي لََسْتُ لِلْفِرْدَوْسِ أَهْلاَ# وَلاَ أَقوى عَلَى النّارِ الجَحِيم
Wahai Tuhanku ! Aku bukanlah ahli surga, tapi aku tidak kuat dalam neraka Jahim
Wahai Tuhanku ! Aku bukanlah ahli surga, tapi aku tidak kuat dalam neraka Jahim
فهَبْ لِي تَوْبَةً وَاغْفِرْ ذنوبِي # فَإنّكَ غَافِرُ الذنْبِ العَظِيْم
Maka berilah aku taubat (ampunan) dan ampunilah dosaku, sesungguhnya engkau Maha Pengampun dosa yang besar.
Semoga Allah swt meridhoi kita semua.
#Salam_Budaya
Maka berilah aku taubat (ampunan) dan ampunilah dosaku, sesungguhnya engkau Maha Pengampun dosa yang besar.
Semoga Allah swt meridhoi kita semua.
#Salam_Budaya
Komentar
Posting Komentar