Langsung ke konten utama

Tugas menulis
Oleh Woko Utoro
Senin, 28 November 2016
Sebuah pilihan
            Hidup adalah pilihan begitulah orang bijak sering mengingatkan kepada semua orang. Pilihan dalam kehidupan ini hanya ada dua, kalau tidak benar ya salah, atau ya dan tidak. Masalah dengan sebuah pilihan saya dan semua orang pasti akan mengalami peristiwa dimana seseorang akan menentukan pilihanya. Ketika seseorang memilih antara tepat dan tidak tepat dan ia kebetulan memilih dan hasilnya tidak tepat ia harus di acungi jempol karena ia sudah memilih, berbeda dengan orang yang tidak mengambil keputusan.
            Dari kacamata orang lain, bahkan diri saya sendiri ketika mengambil sebuah tindakan yang mana harus melibatkan seluruh elemen tubuh untuk menentukanya, yaitu ketika saya harus memilih antara yang pokok dan yang biasa, namun yang biasa itu membutuhkan skala prioritas. Saya akui bahwa mengenyampingkan sesuatu yang pokok seperti kuliah adalah hal yang tidak di benarkan dari segi etika dan estetika akademisi. Namun apa mau dikata nasi sudah menjadi bubur. Namun pembelaan saya adalah, saya sudah membawa surat dispensasi, tapi ya pada akhirnya saya malu sendiri. Dimana letak sikap saya sebagai mahasiswa, disinilah saya harus memilih.
Selasa, 29 November 2016
            Tepat pukul 05:25 pagi saya di kejutkan dengan sebuah mimpi yang mimpi itu dapat membangunkan tidur saya. Dengan posisi yang kesiangan saya langsung ambil air wudhu, sholat lalu berfikir sejenak tentang mimpi yang saya alami. Isi dari mimpi saya adalah, saya bertemu dengan guru SD saya, yang mana beliau selalu membimbing saya dan sayapun masih ingat betul ketika saya mendapatkan peringkat tiga di kelas, beliaulah yang memberikan saya suntingan motivasi dan juga hadiah kepada saya. Beliau adalah Ibu Tri Sumiarsih. Dalam mimpi saya, beliau hadir dengan motor supra fit zaman dulunya di depan rektorat IAIN Tulungangung, ketika itu kami saling pandang dan akhirnya saya menghampiri beliau saya salami sambil berkata”bu, sudah berapa lama kita tidak bertemu?”, lalu guru saya itu membalas hanya dengan senyuman, yang saya tafsirkan sebagai symbol harapan masa depan. Lalu saya menangis sejadi-jadinya, hingga membuat saya terbangun dari tidur dengan linangan airmata di sekujur pipi saya.
Rabu, 30 November 2016
Edisi Quote
“Sebenci-bencinya engkau terhadap kotoranmu yang dikeluarkan setiap pagi, tetap saja kau tidak akan bisa mengelak dari baunya”
Nikmati dan biarkan ia pergi, ikhlaskan bersama siraman air yang mengalir, hahaha Aljonggoly #salam budaya.
Kamis, 1 Desember 2016
Ternyata org.
            Ternyata apa yang saya fikirkan selama ini yang terpendam dalam fikiran saya tentang organisasi adalah salah besar dan melenceng dari rel GBHO. Sebenarnya hal itu bukan murni kesalahan saya, akan tetapi teman-teman yang lainpun mengakuninya. Soal organisasi bagaimana kita mengatur waktu, tugas pokok, kesehatan, loyalitas, amanah, sebuah janji, cita-cita, komitmen, adil, kekeluargaan, kedewasaan, kebersamaan, saling memahami, izin, minta maaf, tidak terpaksa, koordinasi, interaksi, komunikasi, diplomasi, kenyamanan, perjuangan, sama rata, bergandeng tangan, berangkulan, do’a, usaha, optimis, dan tentunya dengan ikhlas.
            Kata ketua saya “dalam organisasi itu niatkan ibadah, insya allah ada pahalanya kok”.Hidup Cuma sekali, mumpung masih muda, kita butuh relasi, teman, dan keluarga baru. Semangat reek. Gitu katanya. #salam budaya
Jumat, 2 Desember 2015
            Rata-rata pengguna medsos pasti akan membuat status dengan hastag #jum’at berkah. Lalu saya sebagai orang yang menamai diri dengan manusia kritis dan pembelajar sering berfikir FILAR (fikiran liar). Memang sih ada hadits Aljum’atu sayyidul ayyam, lalu bagaimana ketika seseorang mendapat petaka alias buntung di hari jum’at, pasti mereka berkata “sial gue coba lagi”. Maka saya sering menyuguhkan konsep metodologis yang sederhana yaitu hari jum’at itu baik lebih-baik lagi spirit hari jum’at tertular ke hari-hari yang lain agar menjadi manusia yang selalu bermanfaat. Sayapun tertawa wkwkwkwk.
Sabtu, 3 Desember 2015
Suatu saat pasti…
            Ketika saya memiliki uang lebih atau biasa orang menyebutnya rezeki (padahal rezeki itu tidak berupa uang saja hahaha), saya sering membelanjakanya ke toko atau warung yang kalau bisa penjuannya saya kenal orangnya dan syukur-syukur sepuh. Berbeda lagi dengan teman saya, yang jika di berikan uang lebih ia langsung membelanjakanya dengan istilah yang tak mau kalah dengan zaman yaitu shoping, dan perginyapun ke mart-mart yang entah nama apa yang brand di depan kata mart itu. Maka saya berfikir lebih baik membeli di warung atau toko yang memang langsung kontak dengan penjualnya, biasanya sih ramah dan semua itu dalam rangka membantu perekonomianya, apalagi kalau penjualnya sudah sepuh, saya sering kasihan melihatnya. Namun dari itu dengan keberadaan mart-mart itu saya tidak terlalu antagonis menyikapinya, karena suatu saat pasti....butuh atau memang hanya ada itu.
Ahad, 4 desember 2016
Saya jadi ingat dulu.
Kalau masalah ingat-mengingat alhamdulillah memori saya berkapasitas Long Time Memory (LTM). Kata Sigmund Freud (bapak psikoanalisa) ia mengatakan bahwa “hidup manusia itu adalah bentuk pengulangan dari masa lalunya dan di bawah alam bawah sadar yang mendominasi”. Makanya pada hari minggu saya sering ingat ketika masa kecil saya bermain bersama teman-teman di hutan bersama rimbunya rerumputan hijau serta beberapa ekor domba yang kami gembala. Masa-masa ini tidak akan pernah bisa di gantikan oleh canggihnya gadget, aplikasi, game, atau teknologi canggih sekalipun. Akan tetapi jika ada teknologi yang dapat membawa ke masa lalu mungkin saya adalah orang pertama yang ingin menikmatinya. Sekarang semua orang sudah terlenakan oleh zaman. Ya Allah mudah-mudahan kau masih sedia menurunkan manusia budaya dan manusia pemelihara peradaban agar anak cucu tidak pernah kehilangan arah dan masih sudi mengenakan kulit tradisionalisme.
Senin, 5 desember 2016
Banyak orang berkata bahwa hari senin adalah hari yang paling sibuk di dunia. Mari kita telisik dari mulai petani, peternak, nelayan dan sampai pegawai kantoran semua beraktifitas penuh pada hari ini. Dan mungkinbagi pelajar hari senin adalah hari yang sangat membosankan, karena hari ini pasti di mulai dengan upacara atau bagi pegawai adalah apel pagi. Terus malasnya hari senin sangat di mungkinkan bahwa semua elemen akan hadir pada hari ini seperti, kepada sekolah, guru, pelajaranya, boss, tugas seabrekk dan tentunya absen serta administrasi yang menghantui. Orang sering mengkhawatirkan keadaan dari pada membuat keadaan. Bukankah hidup ini mencari kenyamanan alias bahagia mini, nah maka dari itu kita sebisa mungkin ciptakan habbit, yang baik dalam hidup kita. Kalau kata pakar kognitif mengatakan bahwa”bawalah hidupmu dengan fikiranmu, karena di balik ketidaknyamananmu, itu di sebabkan fikiranmu tidak menyatu dengan suasana tentram dirimu sendiri”, dengan kata lain ciptakanlah sendiri kenyamananmu agar hidupmu beruntung.
Menulis menjadikan kita sehat mental..
#Salam budaya




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mahasiswa Tidak Mencatat?

Woko Utoro Sudah berulang kali saya menemukan di mana mahasiswa jarang mencatat. Utamanya ketika presentasi makalah di ruang online catatan akan sangat sukar ditemui. Parahnya lagi fenomena itu merebak baik dalam presentasi di kelas maupun forum seminasi ilmiah. Presentasi di ruang online tak ubahnya radio butut, tak didengarkan dan dibiarkan berlalu. Saya berhusnudzon jika catatan mahasiswa beralih dari buku ke note digital dalam gawai. Tapi apakah hal itu bisa dipercaya? tentu saya meragukannya. Beberapa kali saya tidak menjumpai jika mahasiswa mencatat apa yang seharusnya mereka butuhkan. Selama ini kita bisa mengamati bahwa catatan sudah tidak dianggap penting. Akibatnya selain tidak membaca mahasiswa juga minim mencatat dan lengkaplah sudah ketertinggalan kita soal pengetahuan. Saya menduga dan semoga saja ini tidak benar. Mengapa mahasiswa tidak mencatat padahal hampir seluruh kegiatan dan pelaporan dalam tugas kuliah selalu berkaitan erat dengan dunia tulis menulis. Tapi faktany

Kebudayaan Agraris Padi Digantung di Rumah

Woks Kebudayaan kita memang kaya baik budaya yang lahir dari peradaban pesisir, sungai ataupun petani. Kebudayaan agraris utamanya di Jawa dan Bali pasti tidak akan melupakan sosok Dwi Sri sebagai jelmaan atau simbol kesuburan. Nama ini selalu menjadi tokoh utama apalagi ketika musim tanam dan panen tiba. Dalam berbagai sumber termasuk cerita yang berkembang, orang-orang Jawa khususnya sangat menghormati tokoh Dwi Sri sebagai aktor lahirnya padi yang menjadi makanan pokok sehari-hari. Ia juga dipercaya sebagai penunggu daerah gunung dan bumi begitu juga dengan Nyai Roro Kidul penguasa lautan. Salah satunya tradisi yang sering kita jumpai yaitu budaya menggantungkan padi di atas dapur, depan pintu rumah dan lumbung padi. Tradisi ini tentu sudah berkembang sejak lama. Entah apa motifnya yang jelas orang-orang tua dulu begitu menghormati dan tidak melupakan nilai-nilai kearifan yang ada di dalamnya. Dalam bahasa Sunda, padi dikenal dengan nama “paparelean’ karena kakek nenek sangat bingun

Catatan Makrab bersama Mahasiswa Jabo

Bang Woks* Suatu saat di sesi wawancara TV, Bang Mandra pernah ditanya satu kata untuk mewakili orang Betawi. Beliau menjawab, orang Betawi itu "ceplas-ceplos". Apa yang dikatakan Bang Mandra sebagai salah seorang seniman Betawi tentu benar adanya. Hal itu pula yang saya temui ketika hadir di acara Makrab Komunitas Mahasiswa Jabodetabek. Komunitas Mahasiswa Jabodetabek atau biasa disebut Mahasiswa Jabo didirikan sekitar tahun 2018. Di antara orang-orang sepuh yang saya kenal yaitu Bang Heru, Depta, Luthfian, Qoni dan Ohang. Merekalah yang dalam pandangan sempit saya beberapa menjadi pionir atas berdirinya komunitas tersebut. Mereka menyebut perkumpulan tersebut dengan frasa "Persodaraan". Sebuah frasa yang khas Betawi banget. Memang jika kita dengar misalnya "ettdah, buju busyet, suwe banget lu, tong mau kemane, nyak babe pergi dulu, ncing bayar dulu gopek, gue mau ke Rawa Bebek, sombong amat lu, emang banda ngkong lu, udah gile lu ya, muke lu kayak salak Conde