Langsung ke konten utama
Kantin Kejujuran
..
Oleh Woko Utoro

"Kejujuran adalah mata uang yg berlaku dimana-mana" begitulah pepatah memberi pesan kepada kita semua, betapa pentingnya arti dari sebuah kejujuran. Sebagaimana yg telah tergambar pada uswah hasanah ummat, beliau adalah kanjeng nabi Muhammad saw. Bertingkah laku lembut, bertutur kata sejuk dan tentunya bertingkah laku jujur, maka pantas beliau di juluki al-Amin. Salah satu alat untuk mengukur tingkat kejujuran adalah dengan menjawab pertanyaan pada tiap2 angket kejujuran atau dengan adanya kantin kejujuran.
..
Mungkin anda pernah mendengar istilah kantin kejujuran (honesty canteen). Ya..kantin kejujuran adalah sebuah metode dagang dengan tanpa adanya penjual yg menunggu di dagangan yg di jajakan itu. Sehingga yg ada hanya barang yg di jajakan, tulisan harga, dan di sediakan kotak kecil tempat uang. Sungguh sebuah hal yg sederhana namun berat untuk di lakukan. Membeli tanpa kehadiran sang penjual, tentunya berbeda dengan online shop.
Jika di ambil satu kalimat maka akan mendapatkan kalimat "kantin kejujuran nasibmu kini dan nanti alias menuai kemalangan". Setidaknya ada beberapa teman para pemilik kantin kejujuran yg mengatakan kebanyakan dari usaha kantin kejujuran itu redup karena mayoritas konsumen banyak yg tidak jujur atau mungkin lupa bayar sehingga kami para pemilik kantin kejujuran kadang2 lebih banyak buntung nya ketimbang laba. Begitulah statemen salah satu teman saya.
Menurut saya mengapa hal itu bisa terjadi mungkin kita dapat melihat point2 berikut:
1.Kurangnya kesadaran keimanan
2.Semakin memudarnya rasa malu terhadap diri sendiri
3.Tidak adanya pandangan kausalitas
4.Merasa hari esok adalah milik kita
5.Menyepelekan hal yg kecil
Mungkin dari ke lima point itu kita dapat mengambil pelajaran bahwa kejujuran adalah pangkal dari keberuntungan.
..
“Hendaklah kalian berlaku jujur, karena kejujuran itu menunjukkan kepada kebaikan dan kebaikan menunjukkan kepada jalan menuju syurga”. (HR Bukhari). Begitulah pesan baginda nabi untuk kita semua ummatnya. Maka dari itu kejujuran adalah sikap mutlak yg dimiliki para nabi, sehingga jika kita mampu meniru sikap itu maka kita adalah bagian dari warosatul anbiya. Kantin kejujuran memang terlihat kecil namun sikap di dalamnya yg teramat besar. Sederhananya jika kejujuran di junjung tinggi maka itulah tanda orang bijak.
..
Dalam sebuah penelitian saya pernah mendengar bahwa 95% orang itu tahu mana baik mana buruk, mana yg harus di lakukan dan mana yg harus di jauhi. Tapi lagi2 faktor mental yg sudah terlanjur mengakar membuat semua itu terlanjur terbiasakan. Mungkin hal itu sama dengan aktivitas mencontek. Bagi sebagian siswa mencontek adalah hal yg biasa. padahal jika hal tersebut terus tertradisikan berarti kita sudah beberapa langkah menciptakan mental kemunduruan.
..
Jangan pernah menyepelekan hal2 yg kecil, justru dari hal yg kecil itu dapat menjadi batu sandungan kita di pengadilan akhirat. Jika melihat bangsa Jepang, mereka lebih baik melakukan Harakiri ketimbang hidup harus menanggung malu. Sehingga Jika kita lihat peradaban jepang sangat maju, karena mereka menghargai apapun itu. Ibu saya berpesan bahwa berlakulah jujur dimanapun engkau berada niscaya kau akan di percaya orang.
#Salam Budaya

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mahasiswa Tidak Mencatat?

Woko Utoro Sudah berulang kali saya menemukan di mana mahasiswa jarang mencatat. Utamanya ketika presentasi makalah di ruang online catatan akan sangat sukar ditemui. Parahnya lagi fenomena itu merebak baik dalam presentasi di kelas maupun forum seminasi ilmiah. Presentasi di ruang online tak ubahnya radio butut, tak didengarkan dan dibiarkan berlalu. Saya berhusnudzon jika catatan mahasiswa beralih dari buku ke note digital dalam gawai. Tapi apakah hal itu bisa dipercaya? tentu saya meragukannya. Beberapa kali saya tidak menjumpai jika mahasiswa mencatat apa yang seharusnya mereka butuhkan. Selama ini kita bisa mengamati bahwa catatan sudah tidak dianggap penting. Akibatnya selain tidak membaca mahasiswa juga minim mencatat dan lengkaplah sudah ketertinggalan kita soal pengetahuan. Saya menduga dan semoga saja ini tidak benar. Mengapa mahasiswa tidak mencatat padahal hampir seluruh kegiatan dan pelaporan dalam tugas kuliah selalu berkaitan erat dengan dunia tulis menulis. Tapi faktany

Kebudayaan Agraris Padi Digantung di Rumah

Woks Kebudayaan kita memang kaya baik budaya yang lahir dari peradaban pesisir, sungai ataupun petani. Kebudayaan agraris utamanya di Jawa dan Bali pasti tidak akan melupakan sosok Dwi Sri sebagai jelmaan atau simbol kesuburan. Nama ini selalu menjadi tokoh utama apalagi ketika musim tanam dan panen tiba. Dalam berbagai sumber termasuk cerita yang berkembang, orang-orang Jawa khususnya sangat menghormati tokoh Dwi Sri sebagai aktor lahirnya padi yang menjadi makanan pokok sehari-hari. Ia juga dipercaya sebagai penunggu daerah gunung dan bumi begitu juga dengan Nyai Roro Kidul penguasa lautan. Salah satunya tradisi yang sering kita jumpai yaitu budaya menggantungkan padi di atas dapur, depan pintu rumah dan lumbung padi. Tradisi ini tentu sudah berkembang sejak lama. Entah apa motifnya yang jelas orang-orang tua dulu begitu menghormati dan tidak melupakan nilai-nilai kearifan yang ada di dalamnya. Dalam bahasa Sunda, padi dikenal dengan nama “paparelean’ karena kakek nenek sangat bingun

Catatan Makrab bersama Mahasiswa Jabo

Bang Woks* Suatu saat di sesi wawancara TV, Bang Mandra pernah ditanya satu kata untuk mewakili orang Betawi. Beliau menjawab, orang Betawi itu "ceplas-ceplos". Apa yang dikatakan Bang Mandra sebagai salah seorang seniman Betawi tentu benar adanya. Hal itu pula yang saya temui ketika hadir di acara Makrab Komunitas Mahasiswa Jabodetabek. Komunitas Mahasiswa Jabodetabek atau biasa disebut Mahasiswa Jabo didirikan sekitar tahun 2018. Di antara orang-orang sepuh yang saya kenal yaitu Bang Heru, Depta, Luthfian, Qoni dan Ohang. Merekalah yang dalam pandangan sempit saya beberapa menjadi pionir atas berdirinya komunitas tersebut. Mereka menyebut perkumpulan tersebut dengan frasa "Persodaraan". Sebuah frasa yang khas Betawi banget. Memang jika kita dengar misalnya "ettdah, buju busyet, suwe banget lu, tong mau kemane, nyak babe pergi dulu, ncing bayar dulu gopek, gue mau ke Rawa Bebek, sombong amat lu, emang banda ngkong lu, udah gile lu ya, muke lu kayak salak Conde