Tentang Pemimpin
..
Oleh Woko Utoro
..
Kata Sayyidina Ali Karramallahu wajhah mengatakan bahwa "jika kebatilan terorganisir dan dapat menciptakan daya yg kuat lalu mengapa tidak kebaikan saja yg di organisir itu".
Jangan keseringan berlindung di bawah tameng "saya masih belajar" karena sesungguhnya hal itu hanya menjadi dalih pelemahan belaka. Seharusnya praktek dan sebuah pembelajaran itu adalah sebuah resiko dalam memanajemen kepemimpinan itu.
..
Saya mengkleim bahwa kepemimpinan Gusdur adalah salah satu era kepemimpinan yg dapat di nikmati pembelajaranya karena di dalamnya banyak sekali moral value dan prophetic value. Gusdur kita ketahui bahwa beliau bisa menjadi presiden salah satu faktornya karena poros tengah. Sehingga para ulama dan kiai sepuh memadukan isyarat bumi dan isyarat langit. Di tambah lagi Gusdur adalah sosok pemimpin yg memadukan nilai Islam di atas pluralistik kebangsaan. Sampai kapanpun beliau adalah santri yg ta'dhim dengan kiainya, ungkap Gusdur ketika sudah menjadi presiden. Semoga pemimpin kita meniru kepempimpinan beliau.
..
Maka pesan bagi para pemimpin jangan selalu yg manis2 saja melainkan yg keras sekalian agar dapat berintrospeksi dan menjadi rem kehidupan. Seperti ungkapan salah satu pemimpin Republik China ia berkata ketika pidato kemenanganya "kini saya telah resmi jadi pemimpin anda semua, saya berpesan kepada anda semua untuk menyiapkan 100 peti mati 99 untuk anak buah saya yg tertangkap tangan korupsi dan 1 lagi untuk saya ketika saya korupsi dan menyalahgunakan jabatan ini".
Ingat bahwa tiada di dunia ini yg bebas dari kepentingan. Namun, jika kepentingan itu bernilai baik maka lakukanlah dan jangan pernah takut. Karena sesungguhnya kita sama di hadapan hukum. Dalam kaidah hukum tata negara ada istilah "ubi societas ubi ius" dimana ada masyarakat di situlah terdapat hukum.
..
Pemimpin (leadership) tentunya memiliki segudang tanggung jawab yg besar ketika terjadi problema dalam tindak tanduk kepemimpinanya apalagi yg menyangkut dengan bawahan tentu akan sangat menjadi sorotan. Apalagi di era di gital seperti sekarang ini. Kaidahnya bukan bisik2 tetangga lagi melainkan bisik2 media. hehe
Ada pepatah mengatakan "Ikan busuk dari kepalanya" yg artinya bagaimana bagus atau bobroknya kinerja bawahan di lihat siapa yg memimpinya.
..
Ketika Kasman Singodimedjo di tanya oleh KH Agus Salim tentang pemimpin beliau menjawab ”Een leiderswegis een lijdensweg, Leiden is lijden.”Jalan pemimpin bukan jalan yang mudah, memimpin adalah menderita. Memang begitulah esensi dari sebuah kepemimpinan, penuh liku dan tantangan.
Tidak ada pemimpin yg memberikan bukti terlebih dahulu karena, bukti terjadi ketika adanya janji. Seperti halnya ungkapan "menyesal itu pasti di akhir, jika di awal namanya pendaftaran". Dalam bahasa yg vulgar jika para calon pemimpin menyuguhkan bukti tanpa adanya bukti itu sendiri maka yg terjadi adalah bulshitt pasaran. Menjual obral tidak menuai barang. Mungkin itulah yg sedang marak di zaman sekarang. Jika saya boleh beropini tentunya "kita mengobral janji tapi dalam perjalanan itu di iringi dengan bukti" begitulah kiranya. Sehingga yg terjadi adalah kepercayaan masyarakat. Ketika masyarakat percaya pastinya dukungan akan mengalir deras tanpa money politik dan tanpa politik terselubung. Dunia tiada yg netral, yg ada hanya tendensius terstruktur. haha
Komentar
Posting Komentar