Langsung ke konten utama
Tentang Pemimpin
..
Oleh Woko Utoro

Abdullah bin Umar ra. Bahwasanya Rasulullah saw bersabda: “setiap kamu adalah pemimpin yang akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya". (HR Bukhori :490). Hadits itulah menjadi rumusan utama bagi seorang pemimpin. Baik pemimpin negara, pemimpin kampus, pemimpin keluarga atau bahkan pemimpin bagi dirinya sendiri.
..
Kata Sayyidina Ali Karramallahu wajhah mengatakan bahwa "jika kebatilan terorganisir dan dapat menciptakan daya yg kuat lalu mengapa tidak kebaikan saja yg di organisir itu".
Jangan keseringan berlindung di bawah tameng "saya masih belajar" karena sesungguhnya hal itu hanya menjadi dalih pelemahan belaka. Seharusnya praktek dan sebuah pembelajaran itu adalah sebuah resiko dalam memanajemen kepemimpinan itu.
..
Saya mengkleim bahwa kepemimpinan Gusdur adalah salah satu era kepemimpinan yg dapat di nikmati pembelajaranya karena di dalamnya banyak sekali moral value dan prophetic value. Gusdur kita ketahui bahwa beliau bisa menjadi presiden salah satu faktornya karena poros tengah. Sehingga para ulama dan kiai sepuh memadukan isyarat bumi dan isyarat langit. Di tambah lagi Gusdur adalah sosok pemimpin yg memadukan nilai Islam di atas pluralistik kebangsaan. Sampai kapanpun beliau adalah santri yg ta'dhim dengan kiainya, ungkap Gusdur ketika sudah menjadi presiden. Semoga pemimpin kita meniru kepempimpinan beliau.
..
Maka pesan bagi para pemimpin jangan selalu yg manis2 saja melainkan yg keras sekalian agar dapat berintrospeksi dan menjadi rem kehidupan. Seperti ungkapan salah satu pemimpin Republik China ia berkata ketika pidato kemenanganya "kini saya telah resmi jadi pemimpin anda semua, saya berpesan kepada anda semua untuk menyiapkan 100 peti mati 99 untuk anak buah saya yg tertangkap tangan korupsi dan 1 lagi untuk saya ketika saya korupsi dan menyalahgunakan jabatan ini".
Ingat bahwa tiada di dunia ini yg bebas dari kepentingan. Namun, jika kepentingan itu bernilai baik maka lakukanlah dan jangan pernah takut. Karena sesungguhnya kita sama di hadapan hukum. Dalam kaidah hukum tata negara ada istilah "ubi societas ubi ius" dimana ada masyarakat di situlah terdapat hukum.
..
Pemimpin (leadership) tentunya memiliki segudang tanggung jawab yg besar ketika terjadi problema dalam tindak tanduk kepemimpinanya apalagi yg menyangkut dengan bawahan tentu akan sangat menjadi sorotan. Apalagi di era di gital seperti sekarang ini. Kaidahnya bukan bisik2 tetangga lagi melainkan bisik2 media. hehe
Ada pepatah mengatakan "Ikan busuk dari kepalanya" yg artinya bagaimana bagus atau bobroknya kinerja bawahan di lihat siapa yg memimpinya.
..
Ketika Kasman Singodimedjo di tanya oleh KH Agus Salim tentang pemimpin beliau menjawab ”Een leiderswegis een lijdensweg, Leiden is lijden.”Jalan pemimpin bukan jalan yang mudah, memimpin adalah menderita. Memang begitulah esensi dari sebuah kepemimpinan, penuh liku dan tantangan.
Tidak ada pemimpin yg memberikan bukti terlebih dahulu karena, bukti terjadi ketika adanya janji. Seperti halnya ungkapan "menyesal itu pasti di akhir, jika di awal namanya pendaftaran". Dalam bahasa yg vulgar jika para calon pemimpin menyuguhkan bukti tanpa adanya bukti itu sendiri maka yg terjadi adalah bulshitt pasaran. Menjual obral tidak menuai barang. Mungkin itulah yg sedang marak di zaman sekarang. Jika saya boleh beropini tentunya "kita mengobral janji tapi dalam perjalanan itu di iringi dengan bukti" begitulah kiranya. Sehingga yg terjadi adalah kepercayaan masyarakat. Ketika masyarakat percaya pastinya dukungan akan mengalir deras tanpa money politik dan tanpa politik terselubung. Dunia tiada yg netral, yg ada hanya tendensius terstruktur. haha
Menyongsong 30 November 2017
#Salam Damai
#Salam Budaya

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mahasiswa Tidak Mencatat?

Woko Utoro Sudah berulang kali saya menemukan di mana mahasiswa jarang mencatat. Utamanya ketika presentasi makalah di ruang online catatan akan sangat sukar ditemui. Parahnya lagi fenomena itu merebak baik dalam presentasi di kelas maupun forum seminasi ilmiah. Presentasi di ruang online tak ubahnya radio butut, tak didengarkan dan dibiarkan berlalu. Saya berhusnudzon jika catatan mahasiswa beralih dari buku ke note digital dalam gawai. Tapi apakah hal itu bisa dipercaya? tentu saya meragukannya. Beberapa kali saya tidak menjumpai jika mahasiswa mencatat apa yang seharusnya mereka butuhkan. Selama ini kita bisa mengamati bahwa catatan sudah tidak dianggap penting. Akibatnya selain tidak membaca mahasiswa juga minim mencatat dan lengkaplah sudah ketertinggalan kita soal pengetahuan. Saya menduga dan semoga saja ini tidak benar. Mengapa mahasiswa tidak mencatat padahal hampir seluruh kegiatan dan pelaporan dalam tugas kuliah selalu berkaitan erat dengan dunia tulis menulis. Tapi faktany

Kebudayaan Agraris Padi Digantung di Rumah

Woks Kebudayaan kita memang kaya baik budaya yang lahir dari peradaban pesisir, sungai ataupun petani. Kebudayaan agraris utamanya di Jawa dan Bali pasti tidak akan melupakan sosok Dwi Sri sebagai jelmaan atau simbol kesuburan. Nama ini selalu menjadi tokoh utama apalagi ketika musim tanam dan panen tiba. Dalam berbagai sumber termasuk cerita yang berkembang, orang-orang Jawa khususnya sangat menghormati tokoh Dwi Sri sebagai aktor lahirnya padi yang menjadi makanan pokok sehari-hari. Ia juga dipercaya sebagai penunggu daerah gunung dan bumi begitu juga dengan Nyai Roro Kidul penguasa lautan. Salah satunya tradisi yang sering kita jumpai yaitu budaya menggantungkan padi di atas dapur, depan pintu rumah dan lumbung padi. Tradisi ini tentu sudah berkembang sejak lama. Entah apa motifnya yang jelas orang-orang tua dulu begitu menghormati dan tidak melupakan nilai-nilai kearifan yang ada di dalamnya. Dalam bahasa Sunda, padi dikenal dengan nama “paparelean’ karena kakek nenek sangat bingun

Catatan Makrab bersama Mahasiswa Jabo

Bang Woks* Suatu saat di sesi wawancara TV, Bang Mandra pernah ditanya satu kata untuk mewakili orang Betawi. Beliau menjawab, orang Betawi itu "ceplas-ceplos". Apa yang dikatakan Bang Mandra sebagai salah seorang seniman Betawi tentu benar adanya. Hal itu pula yang saya temui ketika hadir di acara Makrab Komunitas Mahasiswa Jabodetabek. Komunitas Mahasiswa Jabodetabek atau biasa disebut Mahasiswa Jabo didirikan sekitar tahun 2018. Di antara orang-orang sepuh yang saya kenal yaitu Bang Heru, Depta, Luthfian, Qoni dan Ohang. Merekalah yang dalam pandangan sempit saya beberapa menjadi pionir atas berdirinya komunitas tersebut. Mereka menyebut perkumpulan tersebut dengan frasa "Persodaraan". Sebuah frasa yang khas Betawi banget. Memang jika kita dengar misalnya "ettdah, buju busyet, suwe banget lu, tong mau kemane, nyak babe pergi dulu, ncing bayar dulu gopek, gue mau ke Rawa Bebek, sombong amat lu, emang banda ngkong lu, udah gile lu ya, muke lu kayak salak Conde