Wisata Keluhuran..
Oleh Woko Utoro
..
Seperti halnya Kang Martin Jr, saya pun memiliki mimpi ketika kami satu rombongan, beberapa alumni bisa berkunjung ke almamater yg dulu pernah membesarkan nama kami. Dimana sekolah tersebut telah membuat kami pangling. Ya MA NURUL HIKMAH HAURGEULIS (MANHIK) lah nama sekolah itu. Sekolah bernafaskan Islam yg mayoritas pendirinya adalah ulama, juga bangunanya yg hanya seukuran lapangan sepak bola dulu ketika kami bermain di lapangan sawah selepas panen tiba. Namun jangan sangka sekolah ini telah melahirkan, jiwa2 yg merdeka, jiwa2 yg setidaknya memiliki harapan untuk memajukan kampung halamanya. Seperti sebuah upaya revolusi mind set "from impossible to possible". Jangan lihat bangunanya, tapi lihat isinya.
..
Saya memiliki impian atau gagasan sederhana bahwa suatu saat nanti sekolah ini harus menjadi instansi rujukan untuk kebanyakan lembaga pendidikan khususnya yg ada di wilayah kabupaten Indramayu. Bukan tanpa alasan mengapa saya begitu berani menuliskan kata demikian, karena bagi saya sekolah inilah yg benar2 telah menerapkan pendidikan karakter, seperti halnya instruksi presiden terdahulu Indonesia yg selalu menggaungkan "character education", seperti halnya jepang yg sudah melampaui kita. Maka ilmu dan adablah diatas segalanya, bukan harta atau starata sosial. Jika dulu para alim sangat di hormati tapi kini para hartawanlah yg di hargai. Memang dunia kini menjadi terbalik. hehe
..
Sehingga jika saya bermimpi menjadi seorang Mentri Pendidikan, Kebudayaan & Pariwisata maka saya akan memiliki kebijakan untuk setiap sekolah agar meniru MANHIK. hehe. Karena di sekolah ini harmoni kesalehan ritual (religiusitas transenden) dan kesalehan sosial (religiusitas imanen) sangat di terapkan. Bayangkan saja seorang murid dan guru seperti layaknya seorang kakak dan adik yg saling bercengkrama antar satu sama lain. Walaupun mereka sadar tetap saja sekat hormat menghormati menjadi dasar utama dlm sebuah tatanan moralitas. Sisi yg menarik dari sekolah ini adalah selain pemenuhan terhadap jasmani juga pemenuhan atas ruhani menjadi hal yg di utamakan. Artinya peran guru dalam mengajar juga di imbangi dengan do'a yg mengalir untuk keberlangsungan murid yg bermanfaat. Jika demikian faktanya maka rasanya saya boleh berbangga hati jika ternyata selama ini saya telah di ajari oleh sang guru keluhuran. Dari itulah sang murid tak usah di perintah untuk menghormati gurunya, niscaya secara nature mereka melakukanya sendiri. Disanalah dorongan batin yg menggerakanya (the power of soul). Bahkan hingga tiba mereka bergelar alumni.
..
Dari tulisan sederhana ini saya berpesan kepada diri pribadi dan umum kepada alumni semua. Mari kunjungi sekolahmu dulu jangan sampai ada istilah "kacang lupa akan kulitnya". Jadi apapun anda hari ini ingat dulu anda adalah bagian dari kewajiban anda untuk bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.
Semoga anda tetap berwisata keluhuran, menjemput do'a dan ridho dari sekolah dan guru. Jika hari ini salah satu dari mimpi kita tak terwujud maka patut bertanya pada diri ini sudahkan kita bersyukur kepada sang pemilik jagat ini.
..
Semoga para murid sekolah ini di jadikan murid yg BBM (Berhasil, Barokah, Manfaat) dan para gurunya selalu (istiqomah, sehat dan panjang umur).
Semoga sekolah ini juga akan tetap lestari, membawa manfaat bagi orang banyak dan dapat menjadi lentera yg selalu menerangi, seperti halnya RA Kartini menulis “Door Duisternis Toot Licht", habis gelap terbitlah terang.
"Madrasati jannati"
#Salam Budaya
Komentar
Posting Komentar