Pemuda & Karya
..
Oleh Woko Utoro
..
Aku memiliki seorang teman, ia masih muda orangnya. Sebenarnya pemuda itu bukan di tinjau dari usia melainkan dari perilakunya, jikapun ia sudah tua tetapi memiliki semangat dan jiwa muda bolehlah, ia di katakan muda terus. Temanku itu, sebut saja namanya Rizky. Seorang pemuda dari dusun Ngambal, desa Joho kecamatan Kalidawir-Tulungagung yg mengajak kepada semua orang terutama masyarakat pinggiran untuk berperan aktif dan berkarya. Walaupun dalam sambutanya ia seperti anak kecil yg belajar pidato tapi, pada saat itu semua orang mengapresiasi keberanian dan perjuangnya. Terbukti gagasanya bersama teman2 komunitas menyelenggarakan acara akbar pentas seni dalam rangka #Save tradisi, yg semua gagasan itu tertuang dalam karya festival Walikukun II. Di tambah lagi di balik ia yg jarang masuk kuliah ternyata ia buktikan dengan karya dan aksi nyata sehingga para dosenyapun terkagum-kagum melihat apa yg di upayakan pemuda Rizky itu untuk masyarakat dan khususnya untuk teman sebayanya.
..
Prosesi merubah mindset masyarakat tak semudah mengedipkan mata, tentunya perlu perjuangan lahir batin, apalagi bertemu dengan masyarakat desa dan bertempat di atas bukit dengan kondisi jauh dari peradaban kota. Pastinya susahnya minta ampun. Di katain gila lah, aneh lah, gak mungkin lah dan kata lain yg membuat kita down. Tapi hal itu bukan hal yg mustahil. Sayyidina Umar bin Khattab pernah berkata "kalau aku di hadapkan pada masalah besar, maka yg ku panggil pertama kali adalah seorang pemuda" (Psikologi Pemuda. Sirot Fajar:2013).
..
Begitulah, dari pemuda Rizky kita dapat belajar bahwa hidup itu tujuanya mengabdi. Aku juga kenal dengan pemudi bernama Yauma Bakti Isnaini (Duta Genre dari IAIN Tulungagung Jawa Timur) dia rela memilih juara III Nasional hanya demi kampung halamnya. Katanya "padahal nilai saya lebih tinggi dari finalis asal Sumatra namun, saya lebih memilih juara III karena, jika juara I Nasional pasti saya akan di sibukan dengan hal2 yg ada di luar daerah saya maka, saya lebih menginginkan berkarya di kampung sendiri). Wahh..mantap bukan. Lalu pembaca dan penulis ini sampai dengan hari ini apa yg sudah di upayakan?, minimal untuk orang tercinta. Karena secara tidak langsung pemuda hari ini adalah pemimpin hari esok.
..
Di momen sumpah pemuda ini tentunya siapapun yg mengaku diri pemuda marilah bergandengan tangan, bersatu padu membangun Indonesia. Tidak usah muluk2 yang penting pengorbanan kultural, sesuatu yg di bangun dari bawah. Pengorbanan kita ikhlas, Allah pun akan membalas. Pastinya akan di beri kemudahan. Jika benar bahwa pemuda adalah bahan baku utama sebuah peradaban maka, dalam hal ini generasi tualah yg membimbing mereka agar tidak salah arah. KH Rahmat Abdullah berwasiat kepada kita semua begini bunyinya "Hamaasatus syabaab fii hikmatis syuyuukh, semangat membara anak muda dalam bingkai bijak orang tua". Majulah pemuda Indonesia.
Komentar
Posting Komentar