Langsung ke konten utama
Pemuda & Karya
..
Oleh Woko Utoro

Sudah 28 Oktober lagi ternyata. Anak kecil di pojokan berteriak .."horee libuuur..", aku pun tersenyum "padahal tidaak". Ia tahu bahwa hari esok adalah hari minggu dan liburan pasti yg selalu di tunggu2. Maklum namanya juga anak2. Jika yg muda selalu memiliki mindset libur terus tanpa kerja, berarti pemuda itu masuk fase nihilisme. Karena pemuda adalah masa transisi dari masa remaja menuju masa dewasa. Sebenarnya pemuda dan remaja sendiri memiliki perbedaan sedikit, jika pemuda hubunganya dengar perjuangan mandiri dan keterlibatan sosial dan jika remaja adalah fase dimana ia berusaha mendefinisikan dirinya.
..
Aku memiliki seorang teman, ia masih muda orangnya. Sebenarnya pemuda itu bukan di tinjau dari usia melainkan dari perilakunya, jikapun ia sudah tua tetapi memiliki semangat dan jiwa muda bolehlah, ia di katakan muda terus. Temanku itu, sebut saja namanya Rizky. Seorang pemuda dari dusun Ngambal, desa Joho kecamatan Kalidawir-Tulungagung yg mengajak kepada semua orang terutama masyarakat pinggiran untuk berperan aktif dan berkarya. Walaupun dalam sambutanya ia seperti anak kecil yg belajar pidato tapi, pada saat itu semua orang mengapresiasi keberanian dan perjuangnya. Terbukti gagasanya bersama teman2 komunitas menyelenggarakan acara akbar pentas seni dalam rangka #Save tradisi, yg semua gagasan itu tertuang dalam karya festival Walikukun II. Di tambah lagi di balik ia yg jarang masuk kuliah ternyata ia buktikan dengan karya dan aksi nyata sehingga para dosenyapun terkagum-kagum melihat apa yg di upayakan pemuda Rizky itu untuk masyarakat dan khususnya untuk teman sebayanya.
..
Prosesi merubah mindset masyarakat tak semudah mengedipkan mata, tentunya perlu perjuangan lahir batin, apalagi bertemu dengan masyarakat desa dan bertempat di atas bukit dengan kondisi jauh dari peradaban kota. Pastinya susahnya minta ampun. Di katain gila lah, aneh lah, gak mungkin lah dan kata lain yg membuat kita down. Tapi hal itu bukan hal yg mustahil. Sayyidina Umar bin Khattab pernah berkata "kalau aku di hadapkan pada masalah besar, maka yg ku panggil pertama kali adalah seorang pemuda" (Psikologi Pemuda. Sirot Fajar:2013).
..
Begitulah, dari pemuda Rizky kita dapat belajar bahwa hidup itu tujuanya mengabdi. Aku juga kenal dengan pemudi bernama Yauma Bakti Isnaini (Duta Genre dari IAIN Tulungagung Jawa Timur) dia rela memilih juara III Nasional hanya demi kampung halamnya. Katanya "padahal nilai saya lebih tinggi dari finalis asal Sumatra namun, saya lebih memilih juara III karena, jika juara I Nasional pasti saya akan di sibukan dengan hal2 yg ada di luar daerah saya maka, saya lebih menginginkan berkarya di kampung sendiri). Wahh..mantap bukan. Lalu pembaca dan penulis ini sampai dengan hari ini apa yg sudah di upayakan?, minimal untuk orang tercinta. Karena secara tidak langsung pemuda hari ini adalah pemimpin hari esok.
..
Di momen sumpah pemuda ini tentunya siapapun yg mengaku diri pemuda marilah bergandengan tangan, bersatu padu membangun Indonesia. Tidak usah muluk2 yang penting pengorbanan kultural, sesuatu yg di bangun dari bawah. Pengorbanan kita ikhlas, Allah pun akan membalas. Pastinya akan di beri kemudahan. Jika benar bahwa pemuda adalah bahan baku utama sebuah peradaban maka, dalam hal ini generasi tualah yg membimbing mereka agar tidak salah arah. KH Rahmat Abdullah berwasiat kepada kita semua begini bunyinya "Hamaasatus syabaab fii hikmatis syuyuukh, semangat membara anak muda dalam bingkai bijak orang tua". Majulah pemuda Indonesia.
Selamat merenung..
Selamat Hari Sumpah Pemuda..
#Salam Budaya

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mahasiswa Tidak Mencatat?

Woko Utoro Sudah berulang kali saya menemukan di mana mahasiswa jarang mencatat. Utamanya ketika presentasi makalah di ruang online catatan akan sangat sukar ditemui. Parahnya lagi fenomena itu merebak baik dalam presentasi di kelas maupun forum seminasi ilmiah. Presentasi di ruang online tak ubahnya radio butut, tak didengarkan dan dibiarkan berlalu. Saya berhusnudzon jika catatan mahasiswa beralih dari buku ke note digital dalam gawai. Tapi apakah hal itu bisa dipercaya? tentu saya meragukannya. Beberapa kali saya tidak menjumpai jika mahasiswa mencatat apa yang seharusnya mereka butuhkan. Selama ini kita bisa mengamati bahwa catatan sudah tidak dianggap penting. Akibatnya selain tidak membaca mahasiswa juga minim mencatat dan lengkaplah sudah ketertinggalan kita soal pengetahuan. Saya menduga dan semoga saja ini tidak benar. Mengapa mahasiswa tidak mencatat padahal hampir seluruh kegiatan dan pelaporan dalam tugas kuliah selalu berkaitan erat dengan dunia tulis menulis. Tapi faktany

Kebudayaan Agraris Padi Digantung di Rumah

Woks Kebudayaan kita memang kaya baik budaya yang lahir dari peradaban pesisir, sungai ataupun petani. Kebudayaan agraris utamanya di Jawa dan Bali pasti tidak akan melupakan sosok Dwi Sri sebagai jelmaan atau simbol kesuburan. Nama ini selalu menjadi tokoh utama apalagi ketika musim tanam dan panen tiba. Dalam berbagai sumber termasuk cerita yang berkembang, orang-orang Jawa khususnya sangat menghormati tokoh Dwi Sri sebagai aktor lahirnya padi yang menjadi makanan pokok sehari-hari. Ia juga dipercaya sebagai penunggu daerah gunung dan bumi begitu juga dengan Nyai Roro Kidul penguasa lautan. Salah satunya tradisi yang sering kita jumpai yaitu budaya menggantungkan padi di atas dapur, depan pintu rumah dan lumbung padi. Tradisi ini tentu sudah berkembang sejak lama. Entah apa motifnya yang jelas orang-orang tua dulu begitu menghormati dan tidak melupakan nilai-nilai kearifan yang ada di dalamnya. Dalam bahasa Sunda, padi dikenal dengan nama “paparelean’ karena kakek nenek sangat bingun

Catatan Makrab bersama Mahasiswa Jabo

Bang Woks* Suatu saat di sesi wawancara TV, Bang Mandra pernah ditanya satu kata untuk mewakili orang Betawi. Beliau menjawab, orang Betawi itu "ceplas-ceplos". Apa yang dikatakan Bang Mandra sebagai salah seorang seniman Betawi tentu benar adanya. Hal itu pula yang saya temui ketika hadir di acara Makrab Komunitas Mahasiswa Jabodetabek. Komunitas Mahasiswa Jabodetabek atau biasa disebut Mahasiswa Jabo didirikan sekitar tahun 2018. Di antara orang-orang sepuh yang saya kenal yaitu Bang Heru, Depta, Luthfian, Qoni dan Ohang. Merekalah yang dalam pandangan sempit saya beberapa menjadi pionir atas berdirinya komunitas tersebut. Mereka menyebut perkumpulan tersebut dengan frasa "Persodaraan". Sebuah frasa yang khas Betawi banget. Memang jika kita dengar misalnya "ettdah, buju busyet, suwe banget lu, tong mau kemane, nyak babe pergi dulu, ncing bayar dulu gopek, gue mau ke Rawa Bebek, sombong amat lu, emang banda ngkong lu, udah gile lu ya, muke lu kayak salak Conde