Republik Spiritual
..
Oleh Woko utoro
Dalam sebuah kesempatan seminar saya menulis beberapa poin terkait dengan spiritualitas yg tetap relevan di tengan pluralisme berbangsa & beragama. Dan betapa pentingnya hal itu.
Pertama, semangat kerja mengabdi kpd Tuhan. Disinilah agama utamanya Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar giat berusaha, setelah usaha baru langkah selanjutnya bertawakal, bukan berpangku tangan apalagi bermalas2an. Sehingga Islam tidak menyukai pekerjaan yg hanya mimpi dan harapan belaka seperti, berjudi (ujug2 pengen cepet kaya). Kedua, negeri ini akan makmur jika tidak mau menerima suap. Hal menerima suap ini sebenarnya lebih kepada mental kita sebagai warga bangsa maka, tak heran jika Indonesia di cap sebagai negeri amplop (suap menyuap) dan terbilang memiliki posisi yg mengkhawatirkan. Ada iklan jin yg "ku beri satu permintaan? monggo" lalu si pria berkata "pingin ganteng" jin pun menjawab "wani piro?". Itulah salah satu praktek mental yg kurang elok, jika kita sadar kita sudah di buai dengan pembodohan publik. Ketiga, polarisasi demokrasi kebablasan. Di Indonesia demokrasi seperti tak terkendali. Jika dulu hak orang2 utamanya Wong alit terbungkan oleh Wong elit tapi sekarang berbalik orang apapun semuanya bisa saling mengawasi, hidup seperti saling mengintai bak musuh di siang hari, rasa sosial sudah terganti dengan rasa maya yg mencekam zaman. Hal inilah yg harus di perhatikan lebih lanjut, harus di kendalikan. Ketiga, etika keimanan. Sekarang bangsa Indonesia sedang mengalami krisis mental keimanan (walaupun tidak semua), orang lebih mengedepankan kulit tinimbang esensi, orang lebih menghargai hasil tinimbang proses, orang lebih mengabdi pada mukhtasor dari pada matan dan syarah nya. Personal kita terkadang tertipu dgn kerja pdhl yg utama adalah ibadah atau paling utama adalah bekerja untuk beribadah kepadaNya.
..
Dari hal yg sudah di sebutkan itu tentunya kita jangan menjadi kaum mutarodidan (plin plan), terkadang seseorang mampu memerintahkan namun ia sendiri tak melakukan, atau ia mengajak orang lain melakukan namun dengan cara di paksa. Padahal pemaksaan itu tidak baik sekalipun untuk hal yg baik. Perlu di ingat bahwa kaidah berdakwah paling minimal adalah tiga kali ajakan selebihnya serahkan pada Allah dan mendoakanya. Atau kita memberi nasehat kepadanya, juga harus memperhatikan "khatibin nass bi qadri uqulihim" bicaralah kpd umat sesuai akal mereka. Karena lain kepala maka lain pula isinya. Harapan besar bahwa di balik kegersangan zaman yg di perbudak oleh berhala teknologi semoga masih ada manusia yg sadar diri akan peranya di muka bumi sebagai apa? sebagai khalifah fil ardy yg berfungsi mengayomi, menebar perdamaian dan saling hormat menghormati. Jika dalam tatanan birokrasi kehidupan hiduplah dengan BSM (Bersih, Sederhana & Mengabdi).
Wallahu 'alam bis showwab..
#Salam_Budaya
Komentar
Posting Komentar