Langsung ke konten utama

4 Pendekar Kuliner

Woks

Inilah resikonya jika ada konsumen atau pembeli yang suka nulis, maka ya segala sesuatu tentang warungnya, pasti di tulis. Salah sendiri menjadi inspirasi. hehe. Mungkin jika konsumenya tukang penggosip, pasti keadaan warung itu tak luput dari komentatornya (bak host infotainment hahaha).
..
Haahh...langsung saja ini yg saya maksud. Bagi para perantau tempat makan (WarNas; warung nasi) harus segera memiliki referensi, agar terjalin komunikasi dan chemiestry hehe alias bersahabat dengan kantong, supaya tidak terjadi virus K4ntor (kantong tekor) secara dini.
..
Ini dia tempat makan favourite menurut survei The Woko Institute.
1.Mbah pondok panggung
Dengan gerobak birunya beliau masih kuat mendorong daganganya sampai di depan pondok guna menjajakan barang daganganya itu. Warung Mbah biasanya buka pukul 15:00-21:00 tapi kini beliau operasi dari pagi hingga pukul 21:00, karena di bantu anaknya. Hidangan khasnya yaitu nasi pecel dan nasi jangan (sayur) dengan gorenganya yg besar. Makanya para santri betah disitu. Jika ingin teh atau kopi, cara penyajiaanya unik, yaitu air panasnya di sajikan di atas bara api seperti layaknya sate.
2.Mbah gerbang
Biasanya kami memanggil beliau dengan sebutan mbah gerbang. Jangan di tanya, pasti beliau berjualan di depan gerbang. Ya. Nama asli beliau adalah Siti Rokayah. Beliau di bantu sang suami menjajakan segala macam kuliner, khususnya kuliner malam. Dengan harga yg terjangkau anda akan mendapatkan nasi pecel atau nasi campur dengan porsi Gunung plus, SENYUMAN dan ucapan TERIMAKASIH yg khas.hehe. Warungnya operasi mulai pukul 17:00-24:00.
3.Mbah Mahadz
Saya juga belum tahu nama asli beliau, yg jelas mbah yg satu ini pastinya penjual nasi di depan mahadz, dengan warung bercorak warna biru dan menjajakan menu nasi pecel tapi ada kuahnya. hehe. Warung si mbah ini di dalamnya terdapat tulisan weton jawa yg terpampang di pintu dalam jadi sangat menjadi pemandangan bagi para pembeli. Beliau operasi mulai pagi hari sampai pukul 17:00 sebelum magrib. Perlu di ingat bahwa warung beliau buka terus, walaupun tanggal merah alias LIBUR.
4.Mak Anna
Temen2 sering memanggilnya Mak meduro (emang aslnya madura). Warung yg satu ini, menu andalanya terdapat pada SAMBALnya, sehingga orang yg suka pedas pastinya menjadi langganan di warung ini. Dengan ramah mak anna melayani para pembeli, sehingga mahasiswa siapapun jika beli di warung ini di panggil, NAK. kayak anak sendiri. Jika belum habis masakanya, warung ini bisa operasi 24 jam.
..
Bukan tanpa alasan saya menuliskan beliau2 ini. Alasan paling sederhananya adalah, khususnya bagi para perantau ketika di tanya."Saya itu makan mencari yg penjualnya sudah mbah2, (mohon maaf), setidaknya ada beberapa point yg saya dapatkan, katanya". 1. Nasi yg pas di kantong, 2. penjualnya ramah, 3. selalu dapat (pelajaran, cerita, wedjangan, humor, obrolan, kadang juga GOSIP wkwkw). 4. Mendahulukan KUANTITAS dari pada KHUALITAS hehe dan ke 5. Mendapat Do'a (mugi2 ndang lulus, angsal bojo seng sholehah, keparingan yuswa kang barokah, ilmune manfàat, dadi kiai nk kampunge, lek muleh dadi wong sukses). Di tambah lagi pembeli seperti saya misalnya, sudah di anggap cucu sendiri, sehingga kadang kala ada BONUSnya hehe, entah itu jenang atau krupuk. atau malah gratis hehe. subhanallah. (bayangkan saja pembeli plus doa, siapa yg tidak senang coba?)
So, saya bukan promosi, tapi inspirasi. Semoga beliau semua ikhlas dan semoga sehat selalu. Amiin
Jika hal ini bagian dari promosi, anggap saja saya FANS mereka .hehe
(untuk penjual yg lain belum saya tuliskan, maklum belum berChemisrty.hehe)
..
#Salam budaya

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mahasiswa Tidak Mencatat?

Woko Utoro Sudah berulang kali saya menemukan di mana mahasiswa jarang mencatat. Utamanya ketika presentasi makalah di ruang online catatan akan sangat sukar ditemui. Parahnya lagi fenomena itu merebak baik dalam presentasi di kelas maupun forum seminasi ilmiah. Presentasi di ruang online tak ubahnya radio butut, tak didengarkan dan dibiarkan berlalu. Saya berhusnudzon jika catatan mahasiswa beralih dari buku ke note digital dalam gawai. Tapi apakah hal itu bisa dipercaya? tentu saya meragukannya. Beberapa kali saya tidak menjumpai jika mahasiswa mencatat apa yang seharusnya mereka butuhkan. Selama ini kita bisa mengamati bahwa catatan sudah tidak dianggap penting. Akibatnya selain tidak membaca mahasiswa juga minim mencatat dan lengkaplah sudah ketertinggalan kita soal pengetahuan. Saya menduga dan semoga saja ini tidak benar. Mengapa mahasiswa tidak mencatat padahal hampir seluruh kegiatan dan pelaporan dalam tugas kuliah selalu berkaitan erat dengan dunia tulis menulis. Tapi faktany

Kebudayaan Agraris Padi Digantung di Rumah

Woks Kebudayaan kita memang kaya baik budaya yang lahir dari peradaban pesisir, sungai ataupun petani. Kebudayaan agraris utamanya di Jawa dan Bali pasti tidak akan melupakan sosok Dwi Sri sebagai jelmaan atau simbol kesuburan. Nama ini selalu menjadi tokoh utama apalagi ketika musim tanam dan panen tiba. Dalam berbagai sumber termasuk cerita yang berkembang, orang-orang Jawa khususnya sangat menghormati tokoh Dwi Sri sebagai aktor lahirnya padi yang menjadi makanan pokok sehari-hari. Ia juga dipercaya sebagai penunggu daerah gunung dan bumi begitu juga dengan Nyai Roro Kidul penguasa lautan. Salah satunya tradisi yang sering kita jumpai yaitu budaya menggantungkan padi di atas dapur, depan pintu rumah dan lumbung padi. Tradisi ini tentu sudah berkembang sejak lama. Entah apa motifnya yang jelas orang-orang tua dulu begitu menghormati dan tidak melupakan nilai-nilai kearifan yang ada di dalamnya. Dalam bahasa Sunda, padi dikenal dengan nama “paparelean’ karena kakek nenek sangat bingun

Catatan Makrab bersama Mahasiswa Jabo

Bang Woks* Suatu saat di sesi wawancara TV, Bang Mandra pernah ditanya satu kata untuk mewakili orang Betawi. Beliau menjawab, orang Betawi itu "ceplas-ceplos". Apa yang dikatakan Bang Mandra sebagai salah seorang seniman Betawi tentu benar adanya. Hal itu pula yang saya temui ketika hadir di acara Makrab Komunitas Mahasiswa Jabodetabek. Komunitas Mahasiswa Jabodetabek atau biasa disebut Mahasiswa Jabo didirikan sekitar tahun 2018. Di antara orang-orang sepuh yang saya kenal yaitu Bang Heru, Depta, Luthfian, Qoni dan Ohang. Merekalah yang dalam pandangan sempit saya beberapa menjadi pionir atas berdirinya komunitas tersebut. Mereka menyebut perkumpulan tersebut dengan frasa "Persodaraan". Sebuah frasa yang khas Betawi banget. Memang jika kita dengar misalnya "ettdah, buju busyet, suwe banget lu, tong mau kemane, nyak babe pergi dulu, ncing bayar dulu gopek, gue mau ke Rawa Bebek, sombong amat lu, emang banda ngkong lu, udah gile lu ya, muke lu kayak salak Conde