Langsung ke konten utama
*Majelis Dzikir part 2 (Calling of Sufism)*
..
..Setiap kau memanggil Ku
Aku lah Allah yang selalu memenuhi panggilanmu
Zikir lah kau kepada Ku
Siang malam Ku menunggu
Dimana pun yang kau mau
..Hadiri datangi Majelis zikir
Majelis kita semua
Berzikir mengisih ruang hati dengan noor Illahi
Reff:
Subbanah Allah
Walhamdullilah
Wallailah hailAllah
Allahu Akbar
..
Itulah syair lagu berjudul majelis dzikir yang di lantunkan Reza Maulana, yg tujuan utamanya adalah mengajak setiap orang muslim untuk berdzikir kpd Allah dimanapun dan kapanpun ia berada. Seperti halnya KH Muhammad Arifin Ilham dengan majelis dzikir Az-Dzikranya, yang kini jamaahnya sudah ribuan.
Dzikir dimanapun sangat di anjurkan, termasuk di kamar mandi sekalipun. Tentunya orang bertanya, masa berdzikir di kamar mandi?. Jawabanya seperti ini, orang berdzikir di kamar mandi boleh yaitu, dengan cara dzikir sirri (tersembunyi), maksudnya ketika seseorang menemui ajalnya di kamar mandi tapi ia dlm keadaan mengingat Tuhanya, maka matinya baik. Coba saja yg ia fikirkan hanya sesuatu yg jelek, terus ketika ia berjumpa ajal bagaimana?, sedangkan kematian tiada yg tahu tempat dimana dan sedang apa?
..
Baru-baru ini juga ada Majelis dzikir Hubbul Wathan, yang tujuan utamanya ialah mengingat dan bersyukur kepada Allah atas nikmat kemerdekaan dan merawat negeri ini dari bencana kehancuran. Karena memang Indonesia berkaca pd negeri timur tengah yg hampir 100% penduduknya beragama Islam tapi, perang silih berganti dan terus menghantui.
Apapun kalimat dzikir dan metodenya, semua bersumber kpd mengingat dan memuji Allah. Dan memang puji itu hanya milik Allah. Maka ketika manusia ingin di puji itu namanya penyakit hati, ujub.
Sehingga bagi para sufi bencana terbesar dalam hidup adalah ketika lupa dan lalai dalam mengingat Allah swt.
..
Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
لاَ يَقْعُدُ قَوْمٌ يَذْكُرُوْنَ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ حَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَنَزَلَتْ عَلَيْهِمْ السَّكِيْنَةُ، وَذَكَرَهُمُ اللهُ فِيْمَنْ عِنْدَهُ
“Tidaklah suatu kaum duduk berdzikir kepada Allah Ta’ala kecuali para Malaikat mengelilingi mereka, rahmat meliputi mereka, ketenangan turun kepada mereka, Allah menyebut mereka dihadapan siapa yang berada disisi-Nya.”(HR. Muslim)
..
Sebenarnya dalam dzikir sendiri Allah mengajarkan kpd hambanya bahwa ketika ia mengingatKu maka ia juga harus mengingat ciptaanKu. Dalam shalat sendiri ada gerakan salam di tahiyyat akhir (tengok kanan-kiri), yang artinya habbluminannass. Melihat tetangganya, melihat siapa saja dan barangkali ada yg membutuhkan bantuan kita. Intinya jgn jadi pendzikir yg radikal. Tiap hari di dzikir di dalam mihrab masjid, di dalam rumah sedangkan urusan dunia tidak di cari, inilah yg salah. Maka perkara duniawi dan ukhrawi harus seimbang. Dari dzikir itulah kita dapat mendapatkan ketenangan. Banyak harta tapi tidak menemui ketenangan hidup "ngapain" kata Wali band.
Dzikir menuntun kita agar selalu bercukur dari segala penyakit hati. Dzikir membimbing kita mensyukuri nikmat yg tak terhingga ini. Mari basahi lidah dan hati dengan berdzikir. Semoga.
..
Jadi majelis dzikir atau orang berdzikir itu adalah makananya para sufi, sebab ada istilah tombo ati yg arti sejatinya sangat berat di lakukan. Akan tetapi teruslah mengingat Allah dimanapun dan kapanpun, niscaya Allah akan ingat kepadamu (jgn berfikir Allah itu punya sifat lupa).hehe
..
#Salam budaya
#Wokolicious

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mahasiswa Tidak Mencatat?

Woko Utoro Sudah berulang kali saya menemukan di mana mahasiswa jarang mencatat. Utamanya ketika presentasi makalah di ruang online catatan akan sangat sukar ditemui. Parahnya lagi fenomena itu merebak baik dalam presentasi di kelas maupun forum seminasi ilmiah. Presentasi di ruang online tak ubahnya radio butut, tak didengarkan dan dibiarkan berlalu. Saya berhusnudzon jika catatan mahasiswa beralih dari buku ke note digital dalam gawai. Tapi apakah hal itu bisa dipercaya? tentu saya meragukannya. Beberapa kali saya tidak menjumpai jika mahasiswa mencatat apa yang seharusnya mereka butuhkan. Selama ini kita bisa mengamati bahwa catatan sudah tidak dianggap penting. Akibatnya selain tidak membaca mahasiswa juga minim mencatat dan lengkaplah sudah ketertinggalan kita soal pengetahuan. Saya menduga dan semoga saja ini tidak benar. Mengapa mahasiswa tidak mencatat padahal hampir seluruh kegiatan dan pelaporan dalam tugas kuliah selalu berkaitan erat dengan dunia tulis menulis. Tapi faktany

Kebudayaan Agraris Padi Digantung di Rumah

Woks Kebudayaan kita memang kaya baik budaya yang lahir dari peradaban pesisir, sungai ataupun petani. Kebudayaan agraris utamanya di Jawa dan Bali pasti tidak akan melupakan sosok Dwi Sri sebagai jelmaan atau simbol kesuburan. Nama ini selalu menjadi tokoh utama apalagi ketika musim tanam dan panen tiba. Dalam berbagai sumber termasuk cerita yang berkembang, orang-orang Jawa khususnya sangat menghormati tokoh Dwi Sri sebagai aktor lahirnya padi yang menjadi makanan pokok sehari-hari. Ia juga dipercaya sebagai penunggu daerah gunung dan bumi begitu juga dengan Nyai Roro Kidul penguasa lautan. Salah satunya tradisi yang sering kita jumpai yaitu budaya menggantungkan padi di atas dapur, depan pintu rumah dan lumbung padi. Tradisi ini tentu sudah berkembang sejak lama. Entah apa motifnya yang jelas orang-orang tua dulu begitu menghormati dan tidak melupakan nilai-nilai kearifan yang ada di dalamnya. Dalam bahasa Sunda, padi dikenal dengan nama “paparelean’ karena kakek nenek sangat bingun

Catatan Makrab bersama Mahasiswa Jabo

Bang Woks* Suatu saat di sesi wawancara TV, Bang Mandra pernah ditanya satu kata untuk mewakili orang Betawi. Beliau menjawab, orang Betawi itu "ceplas-ceplos". Apa yang dikatakan Bang Mandra sebagai salah seorang seniman Betawi tentu benar adanya. Hal itu pula yang saya temui ketika hadir di acara Makrab Komunitas Mahasiswa Jabodetabek. Komunitas Mahasiswa Jabodetabek atau biasa disebut Mahasiswa Jabo didirikan sekitar tahun 2018. Di antara orang-orang sepuh yang saya kenal yaitu Bang Heru, Depta, Luthfian, Qoni dan Ohang. Merekalah yang dalam pandangan sempit saya beberapa menjadi pionir atas berdirinya komunitas tersebut. Mereka menyebut perkumpulan tersebut dengan frasa "Persodaraan". Sebuah frasa yang khas Betawi banget. Memang jika kita dengar misalnya "ettdah, buju busyet, suwe banget lu, tong mau kemane, nyak babe pergi dulu, ncing bayar dulu gopek, gue mau ke Rawa Bebek, sombong amat lu, emang banda ngkong lu, udah gile lu ya, muke lu kayak salak Conde