Langsung ke konten utama
Father Inspiration
..
*Oleh Bang Woks
Dalam hidup ini topik mengenai wanita atau membahas seorang ibu lebih sangat menarik dari pada mengulas topik tentang bapak. Kali ini aku mencoba menuliskan tentang bapak dalam bingkai yg sederhana. Anggap saja tulisan ini adalah bentuk kerinduan seorang anak terhadap sosok bapaknya.
..
Di rumah tentunya banyak panggilan khusus untuk lebih dekat dengan sosok laki-laki pendamping ibu tersebut seperti, ayah, dad, abi, ebes, abah, pak e dan sebagainya, aku sendiripun memanggil beliau dengan sebutan bapak. Kedekatan seorang anak, apalagi anak laki-laki kpd bapaknya agak terkesan jauh seperti dalam cerita mitologi yunani yg di perkenalkan sigmund freud melalui oedipus complex, dimana sang anak merasa sosok bapak adalah kedigdayaan yg bersifat menakutkan sehingga sang anak mencari sosok afektif yaitu ibu. Tapi tidak sedikit pula anak dekat dengan bapak sehingga di sebut anak bapak hehe.
Bagiku sendiri bapak bologis, bapak asli, beliaulah sang pemberi inspirasi pertama sebelum kita mengenal cita-cita ingin menjadi pilot, polisi, dokter, guru dsb. Bapak adalah sosok yg tak banyak bicara namun tegas dalam tindakanya. Dari bapak aku dapat belajar bahwa hidup itu harus di jalani dengan ikhlas.
Ada sosok bapak yg lain yg bagikupun mereka menginspirasi dan memberikan pelajaran berharga. Mereka adalah;
..
Bapak guru, kiai, mereka adalah sosok yg bagiku sendiri sebagai sosok pengganti sementara sang bapak di rumah. Merekalah yg membuatku selalu ada maka, wajar saja anak rantau sepertiku mencari mereka sebagai sosok yg memberikan tuntunan dan nasehat, terutama keilmuan agama. Sebagai landasan berfikir di kemudian hari. Jika ada pak kiai bagiku beliau adalah sosok ilmu dan membuatku tak kesepian. Sosok yg sederhana sehingga para santri akan ta'dhim kepada beliau walau tanpa di minta. Sosok bapak selanjutnya,
..
Bapak siapa saja, terutama bapak dari setiap orang tua temanku yg ku temui ketika aku bertamu kerumahnya. Mereka rata-rata memiliki mindset futuristik, ke arah kemajuan. Walaupun di tengah ekonomi serba kekurangan mereka menginginkan anak-anaknya berpendidikan, berilmu pengetahuan tinggi, harus merubah nasib. Mungkin para bapak itu sering berkata "biarlah bapak jadi petani, jadi kuli, jadi serabutan, merasakan panasnya mentari, merasakan peluhnya keringat yg tiap hari membasahi pipi kadang kala harus berperang melawan perut yg lapar dan dahaga, tapi itu tidak penting. Biarlah hal itu jadi bumbu kehidupan. Yang paling terpenting anak-anaku harus berbeda dengan diriku kini, mereka harus cemerlang, karena mereka pemimpin masa depan". Bapak selanjutnya,
..
Bapak dalam berorganisasi, beliau yg mengajarkanku arti menjadi orang jawa yg seutuhnya, arti bagaimana menjadi dewasa di tengah fikiran berbeda dlm menjalankan roda organisasi. Bersikap arif dan bijaksana dalam setiap tindakan dan tegas dalam mengambil setiap keputusan. Bapak yg satu ini memang bukan bapak dengan usia yg sudah tua namun seorang anak muda yg mulai berfikiran dewasa. Bagaimana cara ilmu dan jiwa raganya dapat bermanfaat bagi banyak orang. Sosial yg terpenting maka, banyak orang akademis kehilangan rasa sosialnya. Aku banyak belajar dari pak ketua dua.
Jika bicara tentang bapak aku hanya teringat sebuah lagu dari Ebiet g Ade (titip rindu buat ayah), Ada band (yg terbaik bagimu), Adibah ( terima kasih ayah) dan film sabtu bersama bapak. Semoga bapak ku dan seluruh ayah di dunia ini menjadi orang yg selalu tegar membimbing anak-anaknya. Pastinya kita memiliki sosok inspirasi tersendiri. (anggap saja selamat hari bapak hehe)
#Salam budaya
#Wokolicious

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mahasiswa Tidak Mencatat?

Woko Utoro Sudah berulang kali saya menemukan di mana mahasiswa jarang mencatat. Utamanya ketika presentasi makalah di ruang online catatan akan sangat sukar ditemui. Parahnya lagi fenomena itu merebak baik dalam presentasi di kelas maupun forum seminasi ilmiah. Presentasi di ruang online tak ubahnya radio butut, tak didengarkan dan dibiarkan berlalu. Saya berhusnudzon jika catatan mahasiswa beralih dari buku ke note digital dalam gawai. Tapi apakah hal itu bisa dipercaya? tentu saya meragukannya. Beberapa kali saya tidak menjumpai jika mahasiswa mencatat apa yang seharusnya mereka butuhkan. Selama ini kita bisa mengamati bahwa catatan sudah tidak dianggap penting. Akibatnya selain tidak membaca mahasiswa juga minim mencatat dan lengkaplah sudah ketertinggalan kita soal pengetahuan. Saya menduga dan semoga saja ini tidak benar. Mengapa mahasiswa tidak mencatat padahal hampir seluruh kegiatan dan pelaporan dalam tugas kuliah selalu berkaitan erat dengan dunia tulis menulis. Tapi faktany

Kebudayaan Agraris Padi Digantung di Rumah

Woks Kebudayaan kita memang kaya baik budaya yang lahir dari peradaban pesisir, sungai ataupun petani. Kebudayaan agraris utamanya di Jawa dan Bali pasti tidak akan melupakan sosok Dwi Sri sebagai jelmaan atau simbol kesuburan. Nama ini selalu menjadi tokoh utama apalagi ketika musim tanam dan panen tiba. Dalam berbagai sumber termasuk cerita yang berkembang, orang-orang Jawa khususnya sangat menghormati tokoh Dwi Sri sebagai aktor lahirnya padi yang menjadi makanan pokok sehari-hari. Ia juga dipercaya sebagai penunggu daerah gunung dan bumi begitu juga dengan Nyai Roro Kidul penguasa lautan. Salah satunya tradisi yang sering kita jumpai yaitu budaya menggantungkan padi di atas dapur, depan pintu rumah dan lumbung padi. Tradisi ini tentu sudah berkembang sejak lama. Entah apa motifnya yang jelas orang-orang tua dulu begitu menghormati dan tidak melupakan nilai-nilai kearifan yang ada di dalamnya. Dalam bahasa Sunda, padi dikenal dengan nama “paparelean’ karena kakek nenek sangat bingun

Catatan Makrab bersama Mahasiswa Jabo

Bang Woks* Suatu saat di sesi wawancara TV, Bang Mandra pernah ditanya satu kata untuk mewakili orang Betawi. Beliau menjawab, orang Betawi itu "ceplas-ceplos". Apa yang dikatakan Bang Mandra sebagai salah seorang seniman Betawi tentu benar adanya. Hal itu pula yang saya temui ketika hadir di acara Makrab Komunitas Mahasiswa Jabodetabek. Komunitas Mahasiswa Jabodetabek atau biasa disebut Mahasiswa Jabo didirikan sekitar tahun 2018. Di antara orang-orang sepuh yang saya kenal yaitu Bang Heru, Depta, Luthfian, Qoni dan Ohang. Merekalah yang dalam pandangan sempit saya beberapa menjadi pionir atas berdirinya komunitas tersebut. Mereka menyebut perkumpulan tersebut dengan frasa "Persodaraan". Sebuah frasa yang khas Betawi banget. Memang jika kita dengar misalnya "ettdah, buju busyet, suwe banget lu, tong mau kemane, nyak babe pergi dulu, ncing bayar dulu gopek, gue mau ke Rawa Bebek, sombong amat lu, emang banda ngkong lu, udah gile lu ya, muke lu kayak salak Conde