Menyambut Mentari
..
Bang Woks
Bayang-bayang kerinduan suasana rumah dan bayangan wajah sanak famili terus menyeruak dalam setiap hati kecil. Harapan-harapan ingin berjumpa terus menggoda dari setiap sanubari. Rindu, ingin pulang, ingin bersua keluarga. Begitulah kiranya penggambaran batin aku dan temanku. Di tambah lagi tugas-tugas mahasiswa semester menjelang akhir selalu memburu dan menghantui. Dari hal itulah harus ada upaya mengobatinya. Walau hanya sesaat.
..
Salah satu menghilangkan memori beban fikiran tersebut ialah dengan cara mendaki gunung dan melihat observasi lingkungan sekitar. Di tambah lagi jurus jitu "aji mumpung" juga menjadi senjata andalan. Aji mumpung masih muda, merasakan naik gunung bersama-sama, tentunya sangat mengasyikan. Aji mumpung belum menemui masa tua, jika sudah menemui masa tua, apakah hal semacam ini dapat terulang lagi.
..
Di tengah gusi yg terus membengkak aku di tawari temanku untuk ikut naik gunung. Bersua dengan alam tentunya dapat mengalihkan dari penatnya batin di tiap hari, walaupun hanya bersifat sementara, begitu ujar temanku. Aku iyakan saja tawaranya dan tepat pukul 23:00 malam kamipun berangkat ke camp salah satu temanku. IMAKA begitulah kami menyebutnya. Yaitu sebuah perkumpulan ikatan mahasiswa kota angin (nganjuk) dengan ciri khas salam he'ehnya. Kamipun berangkat bersama dengan mereka. Tujuanya sederhana ingin menciptakan kebersamaan antar sesama orang-orang yg berasal dari daerah yg sama, juga ingin melihat momen munculnya sang mentari.
..
Pukul 02:00 dini hari kamipun mulai mendaki. Track pendakian lumayan terjal dan dengan ketinggian puncak sekitar 600 mdpl. Tentunya tidak terlalu membuat repot para pendaki. Akan tetapi niat yg baik dan berhusnudzon selalu di tanamkan. Karena mitosnya jika niat kita naik gunung jelek maka pasti akan ada kejadian yg tidak di inginkan terjadi.
..
Pelajaran yg aku dapatkan dari para pendaki adalah kebersamaanya. Mereka akan merasa paling bersalah jika masih ada teman yg kesusahan artinya saling bantu adalah mottonya. Kebersihan lingkungan mereka junjung tinggi. Bagi para pendaki religius bisa menggapai sampai puncak adalah bentuk rasa syukur mereka kepada sang khalik atas nikmat yg di berikan. simbolisasi puncak adalah momen wisuda dimana itu adalah akhir dari setiap tujuan yg ada. Lika-liku kehidupan juga tergambar dari setiap medan menuju puncak, terjal, curam, kasarnya batu cadas, tingginya tebing dan lain sebagainya begitulah juga gambaran kehidupan. Tentunya jika kita terus berusaha dan sabar pastinya akan tiba juga masa memijakan kaki di puncak tertinggi. Jika mengambil terminologi sufi, gambaran akan puncak adalah ma'rifat, sebuah tinggkatan maqomat paling tinggi yg ada pada ajaran sufi itu sendiri. Demi menggapai al insan al kamil, manusia paripurna.
..
Sekitar pukul 03:00 pagi kamipun sampai di puncak dan langsung prepare tidur. Kondisi lelah itu harus mengistirahatkan tubuh terlebih dahulu agar ketika bangun nanti tidak terlalu merasa sakit dalam tubuh kita. Hingga selepas shalat shubuh kami langsung beranjak ke puncak nomor dua. Dalam perjalanan kamipun disuguhi atraksi para kera penghuni gunung yg sedang berebut makanan. Hingga pagi tiba dan di sanalah kita menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia raya dan lagu tanah airku, sebagai rasa cinta kepada negeri ini. Tapi sayang momen bertemu sunrise gagal dan tak kita temui karena, pagi itu langit tergalang kabut hitam. Tapi tak mengapa, dengan kebersamaan semuanya telah tergantikan. Momen langka akan selalu terkenang terus dalam durasi yg lama.
..
#Salam budaya
..
Bang Woks
Bayang-bayang kerinduan suasana rumah dan bayangan wajah sanak famili terus menyeruak dalam setiap hati kecil. Harapan-harapan ingin berjumpa terus menggoda dari setiap sanubari. Rindu, ingin pulang, ingin bersua keluarga. Begitulah kiranya penggambaran batin aku dan temanku. Di tambah lagi tugas-tugas mahasiswa semester menjelang akhir selalu memburu dan menghantui. Dari hal itulah harus ada upaya mengobatinya. Walau hanya sesaat.
..
Salah satu menghilangkan memori beban fikiran tersebut ialah dengan cara mendaki gunung dan melihat observasi lingkungan sekitar. Di tambah lagi jurus jitu "aji mumpung" juga menjadi senjata andalan. Aji mumpung masih muda, merasakan naik gunung bersama-sama, tentunya sangat mengasyikan. Aji mumpung belum menemui masa tua, jika sudah menemui masa tua, apakah hal semacam ini dapat terulang lagi.
..
Di tengah gusi yg terus membengkak aku di tawari temanku untuk ikut naik gunung. Bersua dengan alam tentunya dapat mengalihkan dari penatnya batin di tiap hari, walaupun hanya bersifat sementara, begitu ujar temanku. Aku iyakan saja tawaranya dan tepat pukul 23:00 malam kamipun berangkat ke camp salah satu temanku. IMAKA begitulah kami menyebutnya. Yaitu sebuah perkumpulan ikatan mahasiswa kota angin (nganjuk) dengan ciri khas salam he'ehnya. Kamipun berangkat bersama dengan mereka. Tujuanya sederhana ingin menciptakan kebersamaan antar sesama orang-orang yg berasal dari daerah yg sama, juga ingin melihat momen munculnya sang mentari.
..
Pukul 02:00 dini hari kamipun mulai mendaki. Track pendakian lumayan terjal dan dengan ketinggian puncak sekitar 600 mdpl. Tentunya tidak terlalu membuat repot para pendaki. Akan tetapi niat yg baik dan berhusnudzon selalu di tanamkan. Karena mitosnya jika niat kita naik gunung jelek maka pasti akan ada kejadian yg tidak di inginkan terjadi.
..
Pelajaran yg aku dapatkan dari para pendaki adalah kebersamaanya. Mereka akan merasa paling bersalah jika masih ada teman yg kesusahan artinya saling bantu adalah mottonya. Kebersihan lingkungan mereka junjung tinggi. Bagi para pendaki religius bisa menggapai sampai puncak adalah bentuk rasa syukur mereka kepada sang khalik atas nikmat yg di berikan. simbolisasi puncak adalah momen wisuda dimana itu adalah akhir dari setiap tujuan yg ada. Lika-liku kehidupan juga tergambar dari setiap medan menuju puncak, terjal, curam, kasarnya batu cadas, tingginya tebing dan lain sebagainya begitulah juga gambaran kehidupan. Tentunya jika kita terus berusaha dan sabar pastinya akan tiba juga masa memijakan kaki di puncak tertinggi. Jika mengambil terminologi sufi, gambaran akan puncak adalah ma'rifat, sebuah tinggkatan maqomat paling tinggi yg ada pada ajaran sufi itu sendiri. Demi menggapai al insan al kamil, manusia paripurna.
..
Sekitar pukul 03:00 pagi kamipun sampai di puncak dan langsung prepare tidur. Kondisi lelah itu harus mengistirahatkan tubuh terlebih dahulu agar ketika bangun nanti tidak terlalu merasa sakit dalam tubuh kita. Hingga selepas shalat shubuh kami langsung beranjak ke puncak nomor dua. Dalam perjalanan kamipun disuguhi atraksi para kera penghuni gunung yg sedang berebut makanan. Hingga pagi tiba dan di sanalah kita menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia raya dan lagu tanah airku, sebagai rasa cinta kepada negeri ini. Tapi sayang momen bertemu sunrise gagal dan tak kita temui karena, pagi itu langit tergalang kabut hitam. Tapi tak mengapa, dengan kebersamaan semuanya telah tergantikan. Momen langka akan selalu terkenang terus dalam durasi yg lama.
..
#Salam budaya
Komentar
Posting Komentar