Langsung ke konten utama

Catatan Reuni Alumni 2017MTs Nurul Hikmah Gantar

Catatan Reuni Alumni 2017
MTs Nurul Hikmah Gantar
..
Alhamdulillah perhelatan reuni akbar telah berjalan sukses tanpa ada rintangan sedikitpun. Setelah 20 tahun lamanya acara ini perdana di gelar. Di hadiri oleh seluruh angkatan mulai dari angkatan pertama tahun 1994 sampai dengan angkatan baru 2017, walaupun hanya perwakilanya.
..
Saya atas nama pribadi sangat senang sekali, walaupun angkatan saya yg hadir hanya 5 orang.hehe
Banyak pelajaran yg saya dapat di dalamnya seperti; banyak orang sukses dari angkatan awal yg hadir dan merasa bangga, mereka tidak merasa gengsi mengakui "SAYA BANGGA SEKOLAH DI MADRASAH INI", kebanyakan peserta reuni sudah membawa momongan, mereka juga tidak malu untuk hadir, karena memang tujuan utamanya adalah HALAL BI HALAL dan SILATURRAHIM.
..
Ada lagi yg unik, lagi2 saya di dapuk sebagai eMCe, namun saya dapat belajar dari teman saya dari Cirebon yg penguasaan verbalnya melebihi saya. Yang lebih menarik menurut saya yaitu ketika hadirnya seseorang yg bukan alumni, bukan siapa-siapa, tapi apa-apa. Ya beliau adalah Mak Kasih. Mak Kasih adalah pedagang warung kecil yg menjajakan daganganya sejak dulu, sejak MTs kali pertama berdiri. Gaya berdaganganya yg humanis membuatnya selalu di elu-elukan para pembelinya, karena beliau orang yg loman, maka tak jarang banyak orang yg iba dengan beliau. Maklum saja ada pepatah mengatakan "Gula di balas gula, Empedu di balas empedu". Di tambah lagi beliau dengan gaya yg sederhana bertutur kata dan memberikan pesan untuk semua, untuk menjadi orang IKHLAS dan jadi ANAK SHOLEH. Ketika kita jadi orang tuapun tetap saja esensinya kita adalah anak dari orang tua kita. Saya juga alhamdulillah dapat berjumpa dengan kawan SANTRI saya dari cirebon dan kuningan setelah sekian lama tak jumpa, mereka membawa PESAN DAMAI untuk alam. hahah
Ohh iyaa..hampir lupa, acara ini menampilkan Gueess Star dari Sukra wetan yaitu "ANU NADA"xixiwkwkwk.
..
Walaupun segala sesuatunya serba sederhana, akan tetapi tidak mengurangi rasa hormat saya terkhusus kepada semua alumni dan seluruh dewan guru. Semoga jalinan ukhuwwah ini erat sampai akhir hayyat.
#Salam budaya
#Wokolicious
#ObatMujarabAwetMuda

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mahasiswa Tidak Mencatat?

Woko Utoro Sudah berulang kali saya menemukan di mana mahasiswa jarang mencatat. Utamanya ketika presentasi makalah di ruang online catatan akan sangat sukar ditemui. Parahnya lagi fenomena itu merebak baik dalam presentasi di kelas maupun forum seminasi ilmiah. Presentasi di ruang online tak ubahnya radio butut, tak didengarkan dan dibiarkan berlalu. Saya berhusnudzon jika catatan mahasiswa beralih dari buku ke note digital dalam gawai. Tapi apakah hal itu bisa dipercaya? tentu saya meragukannya. Beberapa kali saya tidak menjumpai jika mahasiswa mencatat apa yang seharusnya mereka butuhkan. Selama ini kita bisa mengamati bahwa catatan sudah tidak dianggap penting. Akibatnya selain tidak membaca mahasiswa juga minim mencatat dan lengkaplah sudah ketertinggalan kita soal pengetahuan. Saya menduga dan semoga saja ini tidak benar. Mengapa mahasiswa tidak mencatat padahal hampir seluruh kegiatan dan pelaporan dalam tugas kuliah selalu berkaitan erat dengan dunia tulis menulis. Tapi faktany

Kebudayaan Agraris Padi Digantung di Rumah

Woks Kebudayaan kita memang kaya baik budaya yang lahir dari peradaban pesisir, sungai ataupun petani. Kebudayaan agraris utamanya di Jawa dan Bali pasti tidak akan melupakan sosok Dwi Sri sebagai jelmaan atau simbol kesuburan. Nama ini selalu menjadi tokoh utama apalagi ketika musim tanam dan panen tiba. Dalam berbagai sumber termasuk cerita yang berkembang, orang-orang Jawa khususnya sangat menghormati tokoh Dwi Sri sebagai aktor lahirnya padi yang menjadi makanan pokok sehari-hari. Ia juga dipercaya sebagai penunggu daerah gunung dan bumi begitu juga dengan Nyai Roro Kidul penguasa lautan. Salah satunya tradisi yang sering kita jumpai yaitu budaya menggantungkan padi di atas dapur, depan pintu rumah dan lumbung padi. Tradisi ini tentu sudah berkembang sejak lama. Entah apa motifnya yang jelas orang-orang tua dulu begitu menghormati dan tidak melupakan nilai-nilai kearifan yang ada di dalamnya. Dalam bahasa Sunda, padi dikenal dengan nama “paparelean’ karena kakek nenek sangat bingun

Catatan Makrab bersama Mahasiswa Jabo

Bang Woks* Suatu saat di sesi wawancara TV, Bang Mandra pernah ditanya satu kata untuk mewakili orang Betawi. Beliau menjawab, orang Betawi itu "ceplas-ceplos". Apa yang dikatakan Bang Mandra sebagai salah seorang seniman Betawi tentu benar adanya. Hal itu pula yang saya temui ketika hadir di acara Makrab Komunitas Mahasiswa Jabodetabek. Komunitas Mahasiswa Jabodetabek atau biasa disebut Mahasiswa Jabo didirikan sekitar tahun 2018. Di antara orang-orang sepuh yang saya kenal yaitu Bang Heru, Depta, Luthfian, Qoni dan Ohang. Merekalah yang dalam pandangan sempit saya beberapa menjadi pionir atas berdirinya komunitas tersebut. Mereka menyebut perkumpulan tersebut dengan frasa "Persodaraan". Sebuah frasa yang khas Betawi banget. Memang jika kita dengar misalnya "ettdah, buju busyet, suwe banget lu, tong mau kemane, nyak babe pergi dulu, ncing bayar dulu gopek, gue mau ke Rawa Bebek, sombong amat lu, emang banda ngkong lu, udah gile lu ya, muke lu kayak salak Conde