Langsung ke konten utama
Ninja Kampus
..
Bang Woks
Siapa yang tak kenal dengan serial kartun Naruto. Kartun ninja yg di buat oleh Masashi Kishimoto itu sudah menghabiskan ratusan episode sampai tamatnya. Bahkan sekarang cita2 naruto menjadi seorang hokage, kepala negara di Konoha sudah tercapai hingga serial kartun itu harus di lanjutkan oleh anaknya yaitu Boruto. Dalam bahasa Jepang kartun di sebut dengan istilah anime sedangkan orang yg membuatnya di sebut Mangaka.
..
Begitulah jepang mengajarkan kepada bangsanya untuk selalu move on dari apa yg telah menimpanya 70 tahun silam yaitu peristiwa di bomnya dua kota sentral jepang Hiroshima dan Nagasaki. Salah satunya dengan berkarya menggunakan kartun. Maka pantas saja karya bangsa jepang terkenal ke penjuru dunia. Tapi saya tidak membahas itu, justru yg saya bahas adalah istilah ninja kampus.
..
Jika yg anda ketahui hanya istilah ayam kampus saja maka, mulai sekarang tambah lagi perbendaharaan istilah kampus dalam memori anda. Istilah yg saya maksud adalah tentang ninja kampus nah, istilah itu tentunya pasti sangat asing di telinga anda. Mungkin dlm bangunan fikiran anda ninja kampus adalah mereka yg berpakaian tertutup yg sedang kuliah atau orang2 dengan pakaian superhero. Bukan itu semuanya.
..
Begini maksudnya. Ninja kampus bukan mereka yg bercadar atau yg memakai masker atau bahkan memakai atribut seperti yg di gambarkan naruto. Bukan itu. Ninja kampus adalah istilah yg baru2 ini saya temukan dalam bangunan imajinatif namun banyak rasionalnya juga lho.hehe. Ninja disini berarti orang yg sangat cekatan atau orang yg pandai menggunakan senjatanya untuk bertahan hidup di tengah gempuran masa2 perkuliahaan.
..
Mereka adalah orang2 yg berada di kampus dengan segudang aktivitas selain berorganisasi , dan kuliah mereka pun sering di sibukan dengan aktivitas di luar kampus seperti, di pondok pesantren untuk mengaji, di pasar untuk mencari tambahan kas, atau juga sering mendapatkan tanggapan di luar kampus. Jadi pantas lah jika mereka itu dapat julukan ninja kampus. Orang yg sangat cekatan dalam berbagai bidang seperti bidang akademis, aktivis dan bisnis atau sosial.
..
Namun sayang kelebihan pasti di iringi kekurangan, sang ninja terkadang tidak mampu mensingkronkan segala macam bentuk aktivitas yg ada. Kadang2 ia harus rela mengorbankan serangkaian kegiatan yg ada di kampus bahkan tak jarang telat masuk kelas, tidur di kelas atau bahkan sering izin dan bolos kuliah demi memperlancar kegiatan di organisasinya.
..
Hingga point inilah yg mungkin sang ninja menemui fase jenuh dan lelahnya sehingga ia merasa diri tak sadar telah termakan oleh jurusnya sendiri. Pada fase inilah sang ninja merasa ada ruang-ruang hampa dalam hidup, padahal ia hidup pada waktu keramaian selalu menyibukanya. Hingga ia sendiri sangat tersadar di balik cekatanya itulah kelemahanya. Mengikuti organisasi dan serangkaian aktivitas yg banyak bukan membuatnya banyak teman, malah justru teman dan dirinya adalah aktor permasalahan. Maka di sesi akhir yg terjadi adalah chaos (kekacauan) namun tidak semua ninja seperti itu. Mereka selalu berfikir pasti ada jutsu yg dapat membuatnya arif dan bijak dalam menyikapi padatnya agenda itu. Jika intrepretasi ninja di artikan demikian, lalu apakah ada ninja yg ganas layaknya di film Assasint. Aku jawab saja ada. Ninja itu adalah mereka yg memiliki kepntingan, yg kepentingan itu tidak memikirkan orang lain. Dalam bhs sederhana yaitu "biar orang lain malang yg penting saya senang".
..
inilah resiko kehidupan yg harus kita barengi dengan pemikiran yg bijaksana dalam proses penempuhan akademik. Ninja adalah simbol keberanian dan juga simbol segala kemungkinan2 yg terjadi.
Jika bicara tentang ninja bagi saya Masashi Kishimoto menjadi contoh dan inspirasi yang nyata, dan akan menjadi salah satu yang terhebat sepanjang sejarah. Ninja kampus.
“Perjuangan Hidup Senantiasa Tidak memihak kepada siapa yang lebih kuat atau lebih cepat, tapi lambat laun sang pemenang adalah orang yang berfikir bahwa dia pasti menang”
Selamat merenung..
#Salam budaya

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mahasiswa Tidak Mencatat?

Woko Utoro Sudah berulang kali saya menemukan di mana mahasiswa jarang mencatat. Utamanya ketika presentasi makalah di ruang online catatan akan sangat sukar ditemui. Parahnya lagi fenomena itu merebak baik dalam presentasi di kelas maupun forum seminasi ilmiah. Presentasi di ruang online tak ubahnya radio butut, tak didengarkan dan dibiarkan berlalu. Saya berhusnudzon jika catatan mahasiswa beralih dari buku ke note digital dalam gawai. Tapi apakah hal itu bisa dipercaya? tentu saya meragukannya. Beberapa kali saya tidak menjumpai jika mahasiswa mencatat apa yang seharusnya mereka butuhkan. Selama ini kita bisa mengamati bahwa catatan sudah tidak dianggap penting. Akibatnya selain tidak membaca mahasiswa juga minim mencatat dan lengkaplah sudah ketertinggalan kita soal pengetahuan. Saya menduga dan semoga saja ini tidak benar. Mengapa mahasiswa tidak mencatat padahal hampir seluruh kegiatan dan pelaporan dalam tugas kuliah selalu berkaitan erat dengan dunia tulis menulis. Tapi faktany

Kebudayaan Agraris Padi Digantung di Rumah

Woks Kebudayaan kita memang kaya baik budaya yang lahir dari peradaban pesisir, sungai ataupun petani. Kebudayaan agraris utamanya di Jawa dan Bali pasti tidak akan melupakan sosok Dwi Sri sebagai jelmaan atau simbol kesuburan. Nama ini selalu menjadi tokoh utama apalagi ketika musim tanam dan panen tiba. Dalam berbagai sumber termasuk cerita yang berkembang, orang-orang Jawa khususnya sangat menghormati tokoh Dwi Sri sebagai aktor lahirnya padi yang menjadi makanan pokok sehari-hari. Ia juga dipercaya sebagai penunggu daerah gunung dan bumi begitu juga dengan Nyai Roro Kidul penguasa lautan. Salah satunya tradisi yang sering kita jumpai yaitu budaya menggantungkan padi di atas dapur, depan pintu rumah dan lumbung padi. Tradisi ini tentu sudah berkembang sejak lama. Entah apa motifnya yang jelas orang-orang tua dulu begitu menghormati dan tidak melupakan nilai-nilai kearifan yang ada di dalamnya. Dalam bahasa Sunda, padi dikenal dengan nama “paparelean’ karena kakek nenek sangat bingun

Catatan Makrab bersama Mahasiswa Jabo

Bang Woks* Suatu saat di sesi wawancara TV, Bang Mandra pernah ditanya satu kata untuk mewakili orang Betawi. Beliau menjawab, orang Betawi itu "ceplas-ceplos". Apa yang dikatakan Bang Mandra sebagai salah seorang seniman Betawi tentu benar adanya. Hal itu pula yang saya temui ketika hadir di acara Makrab Komunitas Mahasiswa Jabodetabek. Komunitas Mahasiswa Jabodetabek atau biasa disebut Mahasiswa Jabo didirikan sekitar tahun 2018. Di antara orang-orang sepuh yang saya kenal yaitu Bang Heru, Depta, Luthfian, Qoni dan Ohang. Merekalah yang dalam pandangan sempit saya beberapa menjadi pionir atas berdirinya komunitas tersebut. Mereka menyebut perkumpulan tersebut dengan frasa "Persodaraan". Sebuah frasa yang khas Betawi banget. Memang jika kita dengar misalnya "ettdah, buju busyet, suwe banget lu, tong mau kemane, nyak babe pergi dulu, ncing bayar dulu gopek, gue mau ke Rawa Bebek, sombong amat lu, emang banda ngkong lu, udah gile lu ya, muke lu kayak salak Conde