Politik Sektoral
..
Bang Woks
Rabu, 27 Juni 2018 akan menjadi waktu hajatan akbar demokrasi Indonesia. Dimana di beberapa daerah akan melaksanakan pilkada serentak. Dari momen itulah apapun bisa terjadi. Tentu harapan kita semua, pemerintah, dan pada hal ini adalah KPU sebagai penyelenggara dan pemangku kebijakan, berharap pelaksanaan pemilu serentak ini berjalan aman dan lancar. Walaupun memang yang kita hadapi bukan hal yang kecil, melainkan politik yang menguras suara dan tenaga.
Kita sering dapati di desa terutama, ada beberapa pelayanan publik dan beberapa infrastruktur yang begitu mencolok mata. Jika kita amati tentulah kita pula sebagai person yang menikmati proyek tersebut. Namun patut kita pahami juga, mengapa hal tersebut terjadi secara parsial?, mengapa pula hanya di desa tersebut saja?, dan mengapa tidak adanya kejelasan mengenai aspek pemerataan?. Padahal dana untuk pengembangan desa amatlah besar. Mungkin itulah salah satu rangkaian pertanyaan yang terus beterbangan di jagat fikiran kita. Mengundang tanya tapi membius jawabanya, kecuali jika kita masuk ke dalam birokrasi tersebut, mungkin kita bisa paham. Sehingga stigma masyarakat yang mulai cerdas bertanya lagi, atau jangan-jangan karena adanya basis suara yang memang dalam daerah tersebut menjadi lumbungnya. Sehingga tak jarang jika daerah yang lain yang tak berbasis tersebut, uluran tangan politik tidak menyentuh kepada daerah tersebut. Dan inilah yang sekarang sedang di alami terutama di daerah tempat saya tinggal.
Mungkin yang perlu kita pahami adalah mengenai istilah politik sektoral. Politik sektoral tentunya berkaitan erat dengan ego sektoral. Dimana pihak-pihak tertentu memiliki kepentingan agar ia dapat mempengaruhi objeknya dengan berbagai macam cara.
Mungkin ini pula yang juga bisa di terangkan melalui kata homohominilupus yaitu manusia adalah serigala bagi manusia yang lain. Sehingga dalam politik hal apapun bisa terjadi. Termasuk memuluskan jalan pada basis tertentu, sehingga politik tersebut tidak bekerja pada rasa khidmah untuk rakyat, melainkan pada rasa hormat dan kepentingan itu sendiri. Apalagi biaya politik amatlah sangat mahal. Sehingga tak jarang hal tersebut memicu timbulnya korupsi massal mulai tingkatan birokrat tingkat rendah sampai tingkat elit.
Terkhusus kepada masyarakat dan para pemilih pemula mulailah sejak sedini mungkin kenalilah pihak-pihak yang berbuat demikian. Pilihlah pemimpin yang benar-benar pro rakyat, yang tidak pernah memikirkan satu golongan dan membeda-bedakanya, melainkan berlaku adil kepada semuanya. Jangan sampai karena janji dan menjanjikan sesuatu kita terpedaya oleh mereka. Maka dari itu dunia politik dalam lapangan yang luas ini seperti staregi perang. Kita adalah prajurit yang tertidur atau terjaga. Jika mata kita masih sukar melihat dunia, maka siramilah dengan air agar terbangun. Sehingga kita dengan bijak dapat melihat dan memandang siapa yang kita hadapi sesungguhnya. Lawan atau musuh.
Selamat berdemokrasi sebagai warga negara yang baik. Dan katakan tidak untuk kecurang ajaran dalam berpolitik.
Carilah pemimpin yang takut kepada Allah swt.
"Pemilih bijak, negara berdaulat".
#Salam_Budaya
..
Bang Woks
Rabu, 27 Juni 2018 akan menjadi waktu hajatan akbar demokrasi Indonesia. Dimana di beberapa daerah akan melaksanakan pilkada serentak. Dari momen itulah apapun bisa terjadi. Tentu harapan kita semua, pemerintah, dan pada hal ini adalah KPU sebagai penyelenggara dan pemangku kebijakan, berharap pelaksanaan pemilu serentak ini berjalan aman dan lancar. Walaupun memang yang kita hadapi bukan hal yang kecil, melainkan politik yang menguras suara dan tenaga.
Kita sering dapati di desa terutama, ada beberapa pelayanan publik dan beberapa infrastruktur yang begitu mencolok mata. Jika kita amati tentulah kita pula sebagai person yang menikmati proyek tersebut. Namun patut kita pahami juga, mengapa hal tersebut terjadi secara parsial?, mengapa pula hanya di desa tersebut saja?, dan mengapa tidak adanya kejelasan mengenai aspek pemerataan?. Padahal dana untuk pengembangan desa amatlah besar. Mungkin itulah salah satu rangkaian pertanyaan yang terus beterbangan di jagat fikiran kita. Mengundang tanya tapi membius jawabanya, kecuali jika kita masuk ke dalam birokrasi tersebut, mungkin kita bisa paham. Sehingga stigma masyarakat yang mulai cerdas bertanya lagi, atau jangan-jangan karena adanya basis suara yang memang dalam daerah tersebut menjadi lumbungnya. Sehingga tak jarang jika daerah yang lain yang tak berbasis tersebut, uluran tangan politik tidak menyentuh kepada daerah tersebut. Dan inilah yang sekarang sedang di alami terutama di daerah tempat saya tinggal.
Mungkin yang perlu kita pahami adalah mengenai istilah politik sektoral. Politik sektoral tentunya berkaitan erat dengan ego sektoral. Dimana pihak-pihak tertentu memiliki kepentingan agar ia dapat mempengaruhi objeknya dengan berbagai macam cara.
Mungkin ini pula yang juga bisa di terangkan melalui kata homohominilupus yaitu manusia adalah serigala bagi manusia yang lain. Sehingga dalam politik hal apapun bisa terjadi. Termasuk memuluskan jalan pada basis tertentu, sehingga politik tersebut tidak bekerja pada rasa khidmah untuk rakyat, melainkan pada rasa hormat dan kepentingan itu sendiri. Apalagi biaya politik amatlah sangat mahal. Sehingga tak jarang hal tersebut memicu timbulnya korupsi massal mulai tingkatan birokrat tingkat rendah sampai tingkat elit.
Terkhusus kepada masyarakat dan para pemilih pemula mulailah sejak sedini mungkin kenalilah pihak-pihak yang berbuat demikian. Pilihlah pemimpin yang benar-benar pro rakyat, yang tidak pernah memikirkan satu golongan dan membeda-bedakanya, melainkan berlaku adil kepada semuanya. Jangan sampai karena janji dan menjanjikan sesuatu kita terpedaya oleh mereka. Maka dari itu dunia politik dalam lapangan yang luas ini seperti staregi perang. Kita adalah prajurit yang tertidur atau terjaga. Jika mata kita masih sukar melihat dunia, maka siramilah dengan air agar terbangun. Sehingga kita dengan bijak dapat melihat dan memandang siapa yang kita hadapi sesungguhnya. Lawan atau musuh.
Selamat berdemokrasi sebagai warga negara yang baik. Dan katakan tidak untuk kecurang ajaran dalam berpolitik.
Carilah pemimpin yang takut kepada Allah swt.
"Pemilih bijak, negara berdaulat".
#Salam_Budaya
Komentar
Posting Komentar