Langsung ke konten utama
*Catatan Kecil dari acara Musik Reggae*
..
Yang saya ketahui reggae itu adalah salah satu jenis aliran musik yg berasal dari Jamaika dan berkembang hampir ke seluruh dunia termasuk indonesia. istilah reggae lebih tepatnya merujuk pada gaya musik khusus yang muncul mengikuti perkembangan ska dan rocksteady.
Di indonesia sendiri musisi reggae yg saya kenal yaitu Mas Tony Q dan Mas Ras Muhammad mereka adalah duta reggae indonesia. Jangan di tanya reggae mereka berprestasi ke kancah internasional.
..
Saya mengikuti event FRIENDSHIP DAY TULUNGAGUNG REGGAE dalam rangka memperingati Hari INTERNATIONAL FRIENDSHIP DAY yang di peringati tiap 30 Juli. Acara tersebut terselenggara atas prakarsa para pemuda yg tergabung dalam Aliansi 724, dan saya sendiri mengapresiasinya, karena panitianya tidak sampai 15 orang dengan jumlah peserta yg ribuan. Acaranya berlangsung pada Ahad, 30 Juli 2017 di Gor Tenis Indoor RejoAgung. Tentunya menghadirkan talent reggae seperti; - Rasta Patria, Burning Time, Three Color Vibes, Rasta Station, Obelix Ska, Guns Rasta, Lperado, Licalito837, Movingonesijie, Atoodo Rasta dan banyak lagi lainya. Termasuk saya berjumpa dengan mas vokalis Baruklinting.haha
..
Dengan sangat katro dan ndeso saya masuk di gor tempat berlangsungnya acara. Dengan sandal ala bapak2 mau ke tahlilan dan celana hitam cutbray. Ehh di temani para polisi yg gagah pula. Setelah saya dan kawan saya (dia berjenggot), mengantarkan konsumsi, trus kami di mintai tolong menjadi petugas PENYETEMPEL para peserta alias jamaah reggae, dengan sedikit gemetar kami mulai action. Ya ada yg unik ketika menyetempel, apalagi ketemunya sama anak alay, colay, bolay, anak vespa, reggae, gimbal dll. Mereka ada menyetempel di wajahnya sendiri dengan penuh, hingga saya trus berzikir dan tertawa batin, "iki wong ta badut ultah? hehe". Ada juga yg nyetempel (mohon maaf) di dadanya. Ya ampun...maksiat mata (dlm kitab Sullam Taufiq).haha. Apalagi gak ada satupun peserta yg "tutupen klambimu" alias menutup aurat, semuanya sebatas fufu. ammpun gak mau lagi saya. wkwkwk (Untung saya gak pake jaket hitam dengan tulisan di belakangnya *Tasawuf Psikoterapi IAIN TULUNGAGUNG*
..
Yang ada di fikiran saya ialah banyaknya segudang tanda tanya seperti, apa motivasi mereka mengikuti acara tersebut?. Namun jika di tinjau dari aspek psikologis. Para remaja sedang mengalami gejolak pertumbuhan. Maka dalam proses pencarian jati diri itu, mereka masuk aspek psikologi dan apakah ini yg di sebut kenakalan remaja. Dan tentunya tidak bisa di salahkan. Namun ada satu lg pertanyaan, mereka semua para generasi penerus indonesia, tapi inilah kenyataan. Tetap saja kita tidak boleh bersu'udzhan, _Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui..”_ (Qs Al-Baqarah:216)
..
Walau demikian pasti saja ada pelajaran yg saya dapatkan seperti, walaupun mereka bertato sekujur tubuh, tindikan dimana2, warna rambut kaya pelangi, baju compang-camping, akan tetapi dlm bhs jawa unggah-ungguh (bertatakrama) mereka gunakan, di tambah lagi penggunaan bahasa krama yg di ucapkan mereka. Rasa solidaritas mereka dlm berteman benar-benar besar, ketika datang, bertemu dgn teman yg lain mereka layaknya halal bi halal, bersalaman dan berangkulan, mereka juga kompak padahal mereka berasal dari wilayah yg berbeda. Maka amat bodohlah ketika orang berperang cuma karena mempertahankan qunut dan tidak qunut.hehe
..
Kita para penonton yg baik hanya bisa menjadi pengingat mereka dan mendoakan agar mereka sadar bahwa hidup itu tidak sebatas mencari kesenangan yg singkat itu, tapi hidup itu _"majraatul akhirah"._ Walau demikian saya belajar bahwa _“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan pergantian siang dan malam ada (tanda-tanda kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berfikir.”_ (QS. Ali ‘Imran: 190).
..
#Salam budaya

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mahasiswa Tidak Mencatat?

Woko Utoro Sudah berulang kali saya menemukan di mana mahasiswa jarang mencatat. Utamanya ketika presentasi makalah di ruang online catatan akan sangat sukar ditemui. Parahnya lagi fenomena itu merebak baik dalam presentasi di kelas maupun forum seminasi ilmiah. Presentasi di ruang online tak ubahnya radio butut, tak didengarkan dan dibiarkan berlalu. Saya berhusnudzon jika catatan mahasiswa beralih dari buku ke note digital dalam gawai. Tapi apakah hal itu bisa dipercaya? tentu saya meragukannya. Beberapa kali saya tidak menjumpai jika mahasiswa mencatat apa yang seharusnya mereka butuhkan. Selama ini kita bisa mengamati bahwa catatan sudah tidak dianggap penting. Akibatnya selain tidak membaca mahasiswa juga minim mencatat dan lengkaplah sudah ketertinggalan kita soal pengetahuan. Saya menduga dan semoga saja ini tidak benar. Mengapa mahasiswa tidak mencatat padahal hampir seluruh kegiatan dan pelaporan dalam tugas kuliah selalu berkaitan erat dengan dunia tulis menulis. Tapi faktany

Kebudayaan Agraris Padi Digantung di Rumah

Woks Kebudayaan kita memang kaya baik budaya yang lahir dari peradaban pesisir, sungai ataupun petani. Kebudayaan agraris utamanya di Jawa dan Bali pasti tidak akan melupakan sosok Dwi Sri sebagai jelmaan atau simbol kesuburan. Nama ini selalu menjadi tokoh utama apalagi ketika musim tanam dan panen tiba. Dalam berbagai sumber termasuk cerita yang berkembang, orang-orang Jawa khususnya sangat menghormati tokoh Dwi Sri sebagai aktor lahirnya padi yang menjadi makanan pokok sehari-hari. Ia juga dipercaya sebagai penunggu daerah gunung dan bumi begitu juga dengan Nyai Roro Kidul penguasa lautan. Salah satunya tradisi yang sering kita jumpai yaitu budaya menggantungkan padi di atas dapur, depan pintu rumah dan lumbung padi. Tradisi ini tentu sudah berkembang sejak lama. Entah apa motifnya yang jelas orang-orang tua dulu begitu menghormati dan tidak melupakan nilai-nilai kearifan yang ada di dalamnya. Dalam bahasa Sunda, padi dikenal dengan nama “paparelean’ karena kakek nenek sangat bingun

Catatan Makrab bersama Mahasiswa Jabo

Bang Woks* Suatu saat di sesi wawancara TV, Bang Mandra pernah ditanya satu kata untuk mewakili orang Betawi. Beliau menjawab, orang Betawi itu "ceplas-ceplos". Apa yang dikatakan Bang Mandra sebagai salah seorang seniman Betawi tentu benar adanya. Hal itu pula yang saya temui ketika hadir di acara Makrab Komunitas Mahasiswa Jabodetabek. Komunitas Mahasiswa Jabodetabek atau biasa disebut Mahasiswa Jabo didirikan sekitar tahun 2018. Di antara orang-orang sepuh yang saya kenal yaitu Bang Heru, Depta, Luthfian, Qoni dan Ohang. Merekalah yang dalam pandangan sempit saya beberapa menjadi pionir atas berdirinya komunitas tersebut. Mereka menyebut perkumpulan tersebut dengan frasa "Persodaraan". Sebuah frasa yang khas Betawi banget. Memang jika kita dengar misalnya "ettdah, buju busyet, suwe banget lu, tong mau kemane, nyak babe pergi dulu, ncing bayar dulu gopek, gue mau ke Rawa Bebek, sombong amat lu, emang banda ngkong lu, udah gile lu ya, muke lu kayak salak Conde