Langsung ke konten utama
Mukhtasor Filsafat Pramuka
..
Sudah berapa lama kamu berpramuka?
Apa yg kamu dapatkan dari pramuka?
Mengapa kamu berpramuka?
Bagaimana upaya pramuka dalam mengentaskan masalah kenakalan remaja?
Mengapa pramuka begitu munafik (bicara dasa darma dan tri satya) tapi tak ada bentuk realnya.
Begitulah pertanyaan yg selama ini ada di dalam benak orang-orang, terutama orang2 yg merasa diri pernah di kecewakan oleh organisasi pramuka. Yang selalu mencibir dari setiap orang yg selalu mengaku diri paling benar. Orang2 yg merasa dirinya sudah berkarya. Orang2 yg mengkleim dirinya paling bijak dari para filsuf. Mereka semua belum tahu arti yg sesungguhnya. Karena yg mereka tahu hanya dlm bentuk fisiknya (main tali, main bendera, nyanyi2, baris berbaris, pionering,bawa tandu, main tongkat, main peluit dsb). Padahal hal itu hanya bagian terkecil saja, yg paling luas jika mereka tahu adalah aspek ontologisnya. Jika Rene Descartes mengatakan "co gito ergo sum" maka dlm pramuka juga ada yaitu "co creation ergo scout" (jika aku berkarya maka aku adalah pramuka).
..
Pramuka adalah organisasi kepanduan yg ada di Indonesia yg kepanjanganya "Praja Muda karana" yg berarti kaum muda yg semangat berkarya. Walaupun sudah tua tapi ia masih berjiwa muda ita tetap di katakan kakak pramuka. Dalam arti lain pramuka biasa di katakan sekumpulan permainan yg bersifat riang gembira yg dapat membuat pelakunya menjadi nyaman, bukankah hal itu masuk dalam kaidah terapis pada aspek psikologis. Mari kita lanjut hal-hal yg lainya. yg lebih unik.
..
Landasan epistemologi pramuka berdasarkan kepada Tri satya dan Dasa darma. Tri satya dan Dasa darma itu merupakan kode etik dlm roda keorganisasian pramuka. Tujuanya seperti yg di sampaikan Aristoteles yaitu sangat berpengaruh sekali dalam membangun cara berfikir logis, sistematis dan kritis. Karena berfikir filsafat di perlukan dlm mengemban amanat dlm pramuka. Filsafat sendiri merupakan mother of acience.
Frans Magnis suseno sendiri berkata bahwa kritisnya tak pernah puas. Sama halnya dengan anak pramuka (seharusnya) berfikir kritis mengungkap zaman. Namun tetap saja sinisme terhadap pramuka tetap saja ada, padahal organisasi ini tidak berinisiasi dengan apapun kecuali independen memajukan mental anak bangsa.
jika ada orang yg berkata bahwa pramuka hanya gitu-gitu saja maka sejatinya ia adalah orang skeptis, seperti halnya dulu aliran filsafat jg demikian, tidak menemukan masa depan, yg terus di fikirkan adalah dari mana proses penciptaan Alam semesta.
Pramuka menekankan menjadi manusia yg kreatif karena secara ontologis manusia adalah hamba Tuhan yg memimpin di muka bumi. Dalam pramuka sendiri ada aktivitas dalam metode dialektika seperti apa yg di sampaikan plato bukan masyarakat tanpa kelas seperti gaunganya Marx.
..
Jika thales mengatakan bahwa dunia ini terbuat dari air maka dunia pramuka di ciptakan oleh sunardjo atmodipuro dari tunas kelapa. Dunia yg penuh dengan keriang-gembiraan. Kejujuran tanpa ada yg di tutupi.
anak pramuka sendiri mencoba berkarya demi sebuah eksistensi karena menurut J.P Sartre eksistensialisme manusia berbeda dengan mahluk lain.
..
Prof. Dr. dr. H. Azrul Azwar, MPH (Ka KwarNas 2003-2013) beliau telah membuktikan bahwa anak pramuka bisa berkarya.
Pramuka mengkonstruk menjadi national building dan tetap menjadi garda terdepan dalam mengawal keutuhan NKRI dan berupaya membentengi pemuda dari radikalisme. Karena sesungguhnya Homerus menginginkan negara kota (pollis) untuk di pimpin oleh sebuah garda yg beradab dlm filsafat etika.
..
Saya tutup dengan lagu Pramuka sejati. Mari kita nyanyi bersama-sama.
Rajin Terampil dan gembira
Senantiasa praja muda karanya
sopan dan tak kenal rasa sombong
bersahaja dan suka menolong
Reff..
ya .. ya .. ya.. itulah Pramuka
pramuka sejati
Sejati kata dan Prilakunya
2 X semua..
..
Saya mengucapkan dirgahayu pramuka ku 14 agustus 1961-14 agustus 2017 ke 56 tahun. Biarlah orang berkata apa, yang penting aku bahagia. Kan ada peribahasanya "tak ada gading yg retak". **Saya Pramuka, saya Indonesia**
#Salam budaya
#Wokolicious

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mahasiswa Tidak Mencatat?

Woko Utoro Sudah berulang kali saya menemukan di mana mahasiswa jarang mencatat. Utamanya ketika presentasi makalah di ruang online catatan akan sangat sukar ditemui. Parahnya lagi fenomena itu merebak baik dalam presentasi di kelas maupun forum seminasi ilmiah. Presentasi di ruang online tak ubahnya radio butut, tak didengarkan dan dibiarkan berlalu. Saya berhusnudzon jika catatan mahasiswa beralih dari buku ke note digital dalam gawai. Tapi apakah hal itu bisa dipercaya? tentu saya meragukannya. Beberapa kali saya tidak menjumpai jika mahasiswa mencatat apa yang seharusnya mereka butuhkan. Selama ini kita bisa mengamati bahwa catatan sudah tidak dianggap penting. Akibatnya selain tidak membaca mahasiswa juga minim mencatat dan lengkaplah sudah ketertinggalan kita soal pengetahuan. Saya menduga dan semoga saja ini tidak benar. Mengapa mahasiswa tidak mencatat padahal hampir seluruh kegiatan dan pelaporan dalam tugas kuliah selalu berkaitan erat dengan dunia tulis menulis. Tapi faktany

Kebudayaan Agraris Padi Digantung di Rumah

Woks Kebudayaan kita memang kaya baik budaya yang lahir dari peradaban pesisir, sungai ataupun petani. Kebudayaan agraris utamanya di Jawa dan Bali pasti tidak akan melupakan sosok Dwi Sri sebagai jelmaan atau simbol kesuburan. Nama ini selalu menjadi tokoh utama apalagi ketika musim tanam dan panen tiba. Dalam berbagai sumber termasuk cerita yang berkembang, orang-orang Jawa khususnya sangat menghormati tokoh Dwi Sri sebagai aktor lahirnya padi yang menjadi makanan pokok sehari-hari. Ia juga dipercaya sebagai penunggu daerah gunung dan bumi begitu juga dengan Nyai Roro Kidul penguasa lautan. Salah satunya tradisi yang sering kita jumpai yaitu budaya menggantungkan padi di atas dapur, depan pintu rumah dan lumbung padi. Tradisi ini tentu sudah berkembang sejak lama. Entah apa motifnya yang jelas orang-orang tua dulu begitu menghormati dan tidak melupakan nilai-nilai kearifan yang ada di dalamnya. Dalam bahasa Sunda, padi dikenal dengan nama “paparelean’ karena kakek nenek sangat bingun

Catatan Makrab bersama Mahasiswa Jabo

Bang Woks* Suatu saat di sesi wawancara TV, Bang Mandra pernah ditanya satu kata untuk mewakili orang Betawi. Beliau menjawab, orang Betawi itu "ceplas-ceplos". Apa yang dikatakan Bang Mandra sebagai salah seorang seniman Betawi tentu benar adanya. Hal itu pula yang saya temui ketika hadir di acara Makrab Komunitas Mahasiswa Jabodetabek. Komunitas Mahasiswa Jabodetabek atau biasa disebut Mahasiswa Jabo didirikan sekitar tahun 2018. Di antara orang-orang sepuh yang saya kenal yaitu Bang Heru, Depta, Luthfian, Qoni dan Ohang. Merekalah yang dalam pandangan sempit saya beberapa menjadi pionir atas berdirinya komunitas tersebut. Mereka menyebut perkumpulan tersebut dengan frasa "Persodaraan". Sebuah frasa yang khas Betawi banget. Memang jika kita dengar misalnya "ettdah, buju busyet, suwe banget lu, tong mau kemane, nyak babe pergi dulu, ncing bayar dulu gopek, gue mau ke Rawa Bebek, sombong amat lu, emang banda ngkong lu, udah gile lu ya, muke lu kayak salak Conde